Jakarta (ANTARA Kalbar) - Moderasi yang diajarkan agama Islam sangat cocok untuk segala zaman maupun tempat dan hal tersebut mencakup semua aspek kehidupan manusia sebagaimana yang telah dicontohkan Nabi Muhammad SAW.
Kepada pers di sela-sela acara Multaqa Nasional II dan Seminar Internasional tentang moderasi Islam di Jakarta, Sabtu, Wakil Mufti Republik Mesir Prof Muhammad Anwar Syalabi menuturkan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kedamaian dan toleransi.
Menurut dia, Islam tidak mengajarkan kekerasan sehingga pemahaman sebagian kalangan dan juga negara-negara Barat terkait Islam yang selalu radikal cenderung mengeneralisir dari sampel-sampel kecil yang sama sekali tidak mencerminkan ajaran agama tersebut.
"Gambaran kekerasan oleh Islam sebagaimana yang ada dalam pemahaman 'Barat', itu sebenarnya hanya mengambil sampel yang kecil saja dan hal tersebut sama sekali salah, karena tidak memberikan gambaran yang utuh tentang Islam," ujarnya.
Ditegaskannya bahwa Islam tidak pernah mengajarkan kekerasan pada umatnya dan bahkan agama tersebut hadir untuk mendatangkan rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil alamin).
Terkait moderasi Islam, Anwar Syalabi menjelaskan bahwa Rasulullah Muhammad SAW telah memberikan contoh kepada para sahabat dan pengikutnya dalam aspek ibadah dan berbagai aspek hubungan diantara manusia.
Menurut dia, agama Islam itu mengajarkan kepada umatnya untuk berada pada posisi yang moderat dan toleran. Islam tidak menganjurkan dan mengajarkan faham-faham yang ekstrim seperti radikal atau liberal.
Di tempat yang sama, Dubes Mesir untuk Indonesia Ahmed El Kewaisny menuturkan bahwa saat ini memang ada kecenderungan sebagian umat Islam di Indonesia untuk bersikap keras tidak saja terhadap sesama umat Islam, tetapi juga dengan umat agama lainnya.
Karenanya Dubes berharap agar masyarakat Indonesia kembali kepada Pancasila yang menjadi falsafah hidup bangsa Indonesia sehingga berbagai aktivitas yang radikal dengan label-label Islam bisa berkurang.
Selain itu, ia menambahkan, umat Islam di Indonesia juga harus kembali mendalami ajaran Islam yang benar yang mengedepankan kedamaian serta toleransi dalam kehidupan ini.
Di tempat yang sama, Dubes Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBPP) RI untuk Mesir Nurfaizi Suwandi menuturkan bahwa berdasarkan pemantauannya, saat ini di Universitas Al-Azhar Mesir mulai muncul benih-benih kelompok mahasiswa garis keras yang mencoba mempengaruhi mahasiswa lainnya, termasuk dari Indonesia.
"Ancaman kelompok garis keras itu mulai berkembang dan dikhawatirkan mempengaruhi pula mahasiswa Indonesia yang tengah belajar disana," ujarnya.
Sementara itu, menurut Wakil Rektor Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir, Prof Hassan Awad, Indonesia merupakan negara dengan jumlah mahasiswa terbesar yang belajar di Universitas Al-Azhar. Saat ini ada sekitar 5000-6000 mahasiswa Indonesia yang tengah menuntut ilmu di universitas itu.
Namun demikian, ia menambahkan, mahasiswa-mahasiswa asal Indonesia lebih mudah diatur ketimbang dari negara lainnya sehingga hal tersebut dinilai positif bagi pengaturan akademik di universitas tersebut.
Dia juga menambahkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kontribusi besar dari para alumninya dalam mengembangkan konsep moderasi Islam, yang diajarkan universitas itu, untuk meluruskan pemahaman keliru sebagian umat Islam di dunia saat ini. Pemahaman tentang Islam dalam makna sempit itu di antaranya faham radikalisme.
(D011)
Moderasi Islam Cocok untuk Segala Zaman
Sabtu, 7 Juli 2012 19:46 WIB