Bandarlampung (ANTARA Kalbar) - Wanita di seluruh dunia lebih rentan terkena serangan depresi atau gangguan mental/suasana perasaan dibandingkan laki-laki. Gejala-gejala depresi antara lain perasaan sedih, mudah merasa lelah, loyo, hilang minat dan kegembiraan, tidak percaya diri, gangguan tidur, makan, pandangan masa depan suram, sulit konsentrasi, merasa bersalah, serta percobaan bunuh diri.
"Faktor risiko terserangnya gangguan tersebut lebih banyak dialami oleh wanita karena faktor biologis penyebab depresi lebih besar dari pada laki-laki," ujar dr Jenny Maria CS, SpKJ, di satu seminar di RS Immanuel, Bandarlampung, Sabtu.
Menurut dia, faktor biologis tersebut salah satu faktor penyebab terjadinya depresi atau gangguan mental, di mana keterlibatan sistem dan zat-zat tertentu di otak bertemu.
Oleh sebab itu, ia mengatakan, wanita lebih cepat marah ketika mendekati menstruasi karena sistem dan zat-zat kimia seperti Norepinephrine, Serotin dan Dopamine bersatu sehingga menyebabkan hal tersebut.
"Pada saat itu maka wanita akan lebih cepat marah karena zat-zat tersebut berkaitan dengan kecemasan, fungsi pikiran, dorongan, nafsu makan serta gairah seks menjadi satu sehingga menimbulkan kegelisahan yang tidak menentu," kata dia.
Namun, ia melanjutkan, hal tersebut tidak akan membahayakan apabila dapat disikapi dengan berpikir positif sehingga tidak menyebabkan sesuatu yang tidak dinginkan.
Ia menerangkan, depresi merupakan gangguan mental atau gangguan suasana perasaan yang tidak dapat dikendalikan sehingga bisa mengganggu kegiatan sehari-hari.
"Penderita depresi di Indonesia berdasarkan hasil riset mencapai 27 persen dari jumlah penduduk negara ini, sedangkan untuk dunia sebesar 350 juta orang," kata dia.
Semakin banyaknya penderita gangguan tersebut, dr Jenny menambahkan, perlu adanya upaya serius dalam penanganan permasalahan tersebut.
"Pada dasarnya siapa saja bisa terserang depresi tetapi tingkatan terbesarnya adalah saat usia produktif," ujar dokter jiwa RS Imanuel Bandarlampung itu.
Untuk itu ia melanjutkan, perlunya pengetahuan umum mengenai penyebab depresi sehingga tidak ada lagi masyarakat yang terserang gangguan tersebut. "Penyakit ini masih dapat diobati jadi tidak perlu khawatir bagi siapapun yang terserang masalah tersebut," kata dia.
Ia menyebutkan, penyakit itu masih dapat diatasi dengan prilaku hidup sehat dengan meminimalisasi terjadinya stress atau gangguan pikiran berlebihan.