Singkawang (Antara Kalbar) - Serpihan kertas berwarna merah serta sisa kembang api dan mercon yang terbakar memenuhi halaman milik sejumlah warga keturunan Tionghoa di Kota Singkawang, Minggu pagi.
Sejak malam sebelumnya, bunyi petasan maupun kembang api terdengar bersahut-sahutan seolah tanpa henti.
Hujan diselingi gerimis yang membasahi bumi kota berjuluk seribu kelenteng itu tak mengurangi kemeriahan menyambut Imlek.
Di Stadion Kridasana Singkawang, pembukaan Festival Imlek dan Cap Go Meh tetap berlangsung semarak.
Vihara Bumi Raya Pusat Kota Singkawang juga dipenuhi warga yang berdoa saat hari pertama Imlek Tahun 2564.
Menurut Bong Cin Nen, tokoh setempat, tahun ini menurut perhitungan Tionghoa memasuki Tahun Ular Air.
"Siklus ini akan berulang kembali setelah 60 tahun," ujar dia.
Ada 12 shio berupa binatang yang diiringi elemen tertentu yang menjadi dasar perhitungan tahun Imlek.
Tahun Ular Air dianggap sebagai tahun yang penuh dengan isu sehingga harus disikapi secara tenang.
"Banyak isu-isu. Memperkuat silaturahmi dan tidak terpengaruh isu serta bersikap sabar kuncinya," ujar Bong Cin Nen.
Tahun Ular Air juga menjadi momentum yang baik bagi mereka yang ingin mulai berbisnis.
"Menangkap peluang sebaik-baiknya, termasuk dari isu yang muncul," kata Bong Cin Nen.
(T011/N005)
