Pontianak, 14/2 (Antara) - PT Pertamina (Persero) sebaiknya melakukan `joint operation` atau operasi bersama untuk mengeksplorasi minyak dan gas di Blok Mahakam, Kalimantan Timur, kata mantan Direktur PT Pertamina (Persero) Ari H Soemarno.
"Cadangan Migas di Blok Mahakam masih cukup besar, tetapi untuk mengeksplorasinya Pertamina perlu melakukan `joint operation` atau operasi bersama paling tidak 5-10 tahun setelah itu baru diambil alih Pertamina," kata Ari H Soemarno dalam keterangan tertulisnya kepada Antara di Pontianak, Kamis.
Ari memperkirakan, cadangan minyak dan gas di Blok Mahakam masih bisa eksplorasi hingga 20 tahun kedepan.
Pertamina memang punya kelemahan dalam hal teknologi dan manajemen pengelolaan lapangan dan kurang pengalaman sehingga untuk mengelola Blok Mahakam perlu dikelola secara "joint operation", katanya.
Menurut dia, untuk komparasi saja, bagaimana kinerja blok WMO dan NWO yang dikelolanya (Pertamina.)Sehingga, tidak salah kalau SKK Migas meragukan kemampuan Pertamina, karena hingga saat ini Pertamina memang tersendat-sendat untuk profesionalkan dirinya, contohnya, lanjut Ari, menunjuk Direktur Hulu yang tidak punya pengalaman teknis lapangan dan manajerial hulu Migas sama sekali.
Sementara itu, dalam keterangan tertulisnya, Sekretaris Satuan Kerja Khusus Migas (SKK Migas) Gde Pradnyana menyatakan, kontrak bagi hasil Blok Mahakam ditandatangani tahun 1967, kemudian diperpanjang tahun 1997 atau jangka waktu 20 tahun sampai tahun 2017.
Produksi besar-besaran sejak tahun 1980-2000 membuat Indonesia menjadi eksportir LNG (gas alam cair) terbesar di dunia.
Namun, setelah dilakukan pengurasan selama 40 tahun, maka sisa cadangan 2P minyak saat ini sekitar 185 juta barel dan cadangan 2P gas sebesar 5,7 TCF.
Diperkirakan pada akhir kontrak tahun 2017, menyisakan cadangan 2P minyak sebesar 131 juta barel dan cadangan 2P gas sebanyak 3,8 TCF.
Dari jumlah tersebut diperkirakan sisa cadangan terbukti (P1) gas kurang dari 2 TCF.
"Jadi terkait adanya informasi yang disampaikan seolah-olah sisa cadangan gas tahun 2017 sebesar 10,1 TCF dan sisa cadangan minyak sebesar 192 juta barel jelas itu tidak mempunyai dasar," ungkapnya.
Masalah perpanjangan Blok Mahakam sangat erat kaitannya dengan upaya meningkatkan penerimaan negara, seandainya pemerintah bermaksud memperpanjang kontrak Blok Mahakam, maka pemerintah pasti akan meminta kenaikan bagi hasil yang lebih banyak lagi dari kontrak sebelumnya.
Saat ini pemerintah sedang menimbang-nimbang sebagai operator blok itu, baik opsi memperpanjang kontrak dengan perubahan pembagian, atau perubahan komposisi partisipasi, maupun opsi menyerahkan pengelolaannya pada perusahaan nasional, yakni Pertamina.
Gde Pradnyana menegaskan, Menteri ESDM Jero Wacik adalah orang yang sangat nasionalis, beliau pasti memperhitungkan agar opsi yang dipilih dapat memberikan manfaat yang terbesar bagi kepentingan bangsa dan negara. ***3***
(U.A057/B/R010/R010) 14-02-2013 21:49:40
Pertamina Sebaiknya "joint Operation" Kelola Blok Mahakam
Kamis, 14 Februari 2013 21:49 WIB