Jakarta (Antara Kalbar) - Satu pesawat ruang angkasa komersial Amerika Serikat akan menjalani penerbangan pertama ke Stasiun Ruang Angkasa Internasional (ISS) September ini untuk pengiriman kargo ke laboratorium orbital.
Orbital Sciences, perusahaan penerbangan luar angkasa yang berbasis di Dulles, Virginia, mengumumkan akan meluncurkan pesawatnya antara 14 dan 19 September untuk mengirimkan kapal kargo ruang angkasa Cygnus pada demonstrasi terbang ke stasiun ruang angkasa dari Fasilitas Penerbangan Wallops milik NASA di Virginia timur.
Misi ini akan diluncurkan oleh roket Antares milik Orbital Sciences yang telah menjalani uji terbang April silam.
Orbital mendapat kontrak senilai 1,9 miliar dolar AS (Rp18,81 triliun) dari NASA untuk menyediakan setidaknya delapan penerbangan pasokan ke stasiun ruang angkasa itu dengan menggunakan Antares dan Cygnus.
Jika demonstrasi terbang September nanti itu sukses, penerbangan pertama secara penuh ke luar angkasa akan terjadi pada akhir tahun ini, kata Orbital seperti dikutip space.com.
April lalu, perusahaan ini meluncurkan roket Antares dalam debut penerbangannya yang sukses di Fasilitas Penerbangan Wallops.
Orbital sebelumnya telah merencanakan misi demonstrasi ini berlaku pada pertengahan September, namun peluncuran Lunar Atmosphere and Dust Experiment Explorer atau Ladee, dianggap menjadi prioritas utama Wallops.
Pesawat ruang angkasa yang mengorbiti bulan ini dirancang untuk menyelidiki atmosfer bulan dan partikel debu misterius di bulan. Pesawat ini akan meluncur pada 6-10 September.
Namun karena peluncuran misi Ladee mengalami penangguhan, maka Orbital menyatakan siap meluncurkan Antares dan Cygnus akhir Agustus nanti.
Cygnus sudah dipenuhi bahan bakar dan paket berisi 589 kg kargo dan 113 kg paket lainnya yang bisa dimasukkan kemudian. Untuk saat ini Cygnus dijadwalkan berlabuh di stasiun ruang angkasa pada 22 September.
Orbital Sciences adalah salah satu dua perusahaan yang memegang kontrak misi kargo komersial ke luar angkasa dari NASA.
Satu perusahaan lainnya adalah Space Exploration Technologies atau SpaceX yang berada di Hawthorne, California dan mengantongi kontrak senilai 1,6 miliar dolar AS (Rp15,84 triliun) dari NASA untuk menerbangakn misi kargo tak berawak ke laboratorium ruang angkasa.
NASA telah mengistirahatkan semua armada pesawat ulang aliknya pada 2011, dan kini menggantungkan diri pada perusahaan swasta.
Kendati NASA kini tergantung kepada wahana-wahana Soyuz milik Rusia untuk menerbangkan astronot-astronotnya ke ISS, perusahaan-perusahaan Amerika seperti Orbital dan SpaceX pada akhirnya akan mengirim misi berawak manusia ke luar angkasa, demikian space.com.
(Ant News)