Jakarta (Antara Kalbar) - Alquran yang menjadi pegangan umat Islam baik kalangan Sunni maupun Syiah adalah sama, kata Ketua Umum Jam'iyyatul Qurra wal-Huffazh Nahdlatul Ulama (JQHNU) Dr KH Muhaimin Zen MA.
"Alquran Sunni-Syiah mulai dari huruf-hurufnya, jumlah ayat, dan suratnya tidak ada perbedaan sedikit pun," ujar Muhaimin dalam bedah buku karyanya yang bertajuk "Alquran 100% Asli, Sunni-Syiah Satu Kitab Suci" di di Gedung PBNU Jakarta, Senin.
Diskusi dan bedah buku yang digelar JQHNU, organisasi para pegiat dan penghafal Alquran di jajaran NU, tersebut menghadirkan pembicara tokoh Syiah Kholid Al-Walid dan tokoh Sunni yang juga Rais Syuriyah PBNU KH Masdar F Mas'udi dengan moderator Sekretaris Jenderal PP JQHNU Ahmad Ari Masyhuri.
Muhaimin menceritakan penulisan buku yang dicetak penerbit Nur Al-Huda tersebut berawal dari disertasi Pascasarjana Jurusan Tafsir Hadits di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Judul semula adalah Tahrif (Perubahan) Alquran dalam Pandangan Sunni-Syiah: Satu Kajian Perbandingan. Promotor disertasi ini adalah Prof Dr Ahsin Sakho Muhammad yang juga Rektor Institut Ilmu Alquran (IIQ) Jakarta dan Prof Dr Hamdani Anwar. Sementara tim penguji adalah Prof Dr Azyumardi Azra, Prof Dr Thib Raya, Prof Dr Rif'at Syauki, Dr M Yusuf, dan Dr Suwito.
"Pada mulanya disertasi itu mengatakan bahwa Alquran Sunni-Syiah berbeda. Dasar pendapat itu saya temukan dari buku 'As-Syi'ah: Tahrif Alquran' karya Malullah," kata Muhaimin.
Dalam buku tersebut dikatakan bahwa ayat dalam Alquran sekitar 17.000. Yang sekarang ada tinggal sekitar 6.000 ayat. Di buku tersebut dikatakan bahwa orang Sunni-lah yang membuang ayat-ayat itu.
"Kemudian, ketika diajukan kepada penguji, saya tidak bisa membuktikan pernyataan itu. Lalu saya melakukan penelitian hingga tiga kali ke Iran pada tahun 2006," katanya.
Di Iran, Muhaimin diajak Rektor Universitas Al-Musthafa Al-A'rofy. Ia diajak ke lembaga-lembaga Alquran, ke museum-museum, yang memperlihatkan cetakan Alquran dari tahun ke tahun.
"Kesimpulan saya adalah bahwa kitab Alquran orang Sunni dan Syiah itu sama," katanya.
Kholid Al-Walid mengatakan Alquranuran kalangan Syiah sama dengan Alquran kalangan Sunni. Seluruh ulama Syiah, kata dia, menolak tahrif atau pengubahan redaksi kitab suci.
"Alquran yang ada sekarang sama dengan zaman Nabi Muhammad SAW. Ulama Syiah mengutuk sahabat yang berbeda dengan bacaan umum umat Islam," katanya.
Kodifikasi Alquran sudah terjadi sejak zaman Nabi Muhammad. Kodifikasi ada dua makna, pertama dalam bentuk hafalan sebagaimana urutan-urutan yang ada. Kedua kodifikasi atau pengumpulan dalam satu mushaf pada zaman Khalifah Utsman. "Rasm Utsmani itulah Alquran bagi kalangan Syiah," katanya.
Sementara Kiai Masdar Mas'udi berpendapat persoalan penting agama adalah bahasa karena itulah agama disampaikan dalam bahasa. Dalam konteks Indonesia, kata dia, sebenarnya pesan-pesan yang inti yang mesti diyakini.
"Oleh sebab itu yang akan menyatukan langkah kita adalah substansi pesan Alquran," katanya.
(Kaswir)