Jakarta (Antara Kalbar) - Setelah mendatangkan malapetaka pada Sony Pictures Entertainment, hacker (peretas) terkait dengan serangan siber mengancam sebuah "organisasi media berita," yang tidak disebutkan namanya, menurut laporan dari buletin FBI.
Ancaman dari kelompok peretas meluas ke "sebuah organisasi media berita dan mungkin meluas ke organisasi lain dalam waktu dekat," menurut FBI Joint Intelligence Bulletin, seperti dikutip The Hollywood Reporter.
Kelompok yang berhubungan dengan serangan siber terhadap Sony Pictures, Guardians of Peace, dikaitkan oleh FBI dengan pemerintah Korea Utara. Buletin FBI mencatat bahwa kelompok peretas tersebut "mengejek" badan dan organisasi media yang tidak disebutkan namanya pada 20 Desember mem-posting pesan di Pastebin "dan menyiratkan adanya ancaman tambahan."
Serangan siber terhadap Sony, yang dimulai pada 24 November lalu, membocorkan data bisnis dan data pribadi serta email karyawan maupun eksekutif studio film tersebut secara daring.
Dalam pernyatannya pada 20 Desember, FBI menggambarkan serangan tersebut sebagai "intrusi ke dalam jaringan SPE (yang) terdiri dari penyebaran malware destruktif" dan bahwa Korea Utara "bertanggung jawab atas tindakan tersebut."
Setelah pada awalnya membatalkan rilis film komedi "The Interview" menysul penolakan sejumlah bioskop untuk menayangkan film tersebut, Sony mengumumkan peluncuran film tersebut di bisokop independen pada 23 Desember.
"Sebagai bagian dari kemitraan publik-swasta kami yang sedang berlangsung, FBI dan DHS secara rutin berbagi informasi dengan masyarakat sektor swasta dan penegakan hukum. FBI dan DHS tidak menerima informasi khusus yang menunjukkan ancaman terhadap hiburan atau organisasi berita, namun dengan hati-hati, kami akan terus menyebarkan informasi yang relevan selama investigasi kami," kata FBI dalam sebuah pernyataan yang dikutip The Hollywood Reporter.