Nanga Pinoh (Antara Kalbar) - Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Melawi merupakan satu-satunya kampus di bumi uranium Kabupaten Melawi, kini telah banyak mencetak para tenaga pendidik yang terserap di berbagai sekolah.
DR Clarry Sada, Ketua STKIP Melawi, mengungkapkan terkait serapan lulusan STKIP sebenarnya sudah cukup banyak. Dalam penerimaan pegawai negeri paling tidak ada puluhan alumni STKIP yang lulus sebagai CPNS setiap tahunnya. Diluar PNS banyak juga lulusan yang kini sudah mengajar di berbagai sekolah baik sebagai guru kontrak maupun honor komite.
"Banyak yang sudah bekerja, bahkan hingga ke sekolah-sekolah di pedalaman. Kalau dicek ke sekolah, bahkan ada yang sampai ada dua atau tiga guru yang mengajar merupakan alumni STKIP," katanya.
Namun, lanjut Clarry, adanya moratorium penerimaan PNS di berbagai daerah memang cukup berdampak pada penyerapan lulusan STKIP. Ditambah lagi kebijakan pemerintah yang tak lagi mengangkat tenaga honorer menjadi pegawai negeri ikut menurunkan semangat mahasiswa.
"Hanya peluang kerja tentunya tidak akan tertutup karena guru masih banyak dibutuhkan, baik di Melawi maupun di kabupaten lain," kata Clarry.
Kini STKIP akan menambah dua prodi baru yakni Matematika dan Fisika pada tahun akademik. Clarry memaparkan alasannya karena dua mata pelajaran ini kerap mengalami kekurangan guru di sejumlah sekolah.
STKIP pun melihat ini potensi untuk menarik minat mahasiswa untuk kuliah di program studi tersebut sembari juga memenuhi kebutuhan guru di berbagai sekolah yang sampai sekarang masih kerap mengeluhkan kekurangan tenaga pengajar.
"Khusus mata pelajaran eksak di Melawi saya melihat kita masih kekurangan guru ini. Makanya kita membuka prodi ini, sehingga ke depan bisa menutupi kekurangan guru di mata pelajaran tersebut," ujarnya.
STKIP juga memiliki prodi khusus guru PAUD. Hal ini merupakan tindak lanjut dari undang-undang PAUD yang mensyaratkan guru PAUD minimal berpendidikan S1.
Ia mengatakan, di Melawi kini memang PAUD tumbuh subur di berbagai desa, namun tidak diiringi dengan pendidikan guru yang memadai.
"Makanya keberadaan prodi PAUD juga diharapkan bisa membuka peluang lulusan STKIP bisa terserap," katanya.
Potensi lokal serta kebutuhan guru di daerah memang menjadi salah satu penentuan prodi apa yang akan dibuka di STKIP. Clarry memaparkan, di awal-awal berdiri, STKIP lebih memilih membuka prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dan prodi Penjaskes, karena disanalah kebutuhan guru lebih tinggi. Kini, lanjut Clarry, tantangan kedepan adalah menciptakan lulusan yang berkualitas.
"Karena persaingan menjadi pegawai sekarang sangat ketat. Makanya kita juga menginginkan lulusan STKIP memiliki kualitas yang baik sebagai seorang pendidik. Nah, sekarang yang masih lemah adalah penguasaan bahasa asing, padahal ini sangat diperlukan untuk pengembangan kapasitas diri," katanya.
(Susilo/N005)