Pontianak (Antara Kalbar) - BP3TKI mencatat, sejak Januari hingga Mei 2017, sebanyak 472 warga Kalimantan Barat, menjadi tenaga kerja Indonesia, terutama di Malaysia dan negara lainnya.
Kasi Penyiapan Penempatan BP3TKI Pontianak, As Syafii di Pontianak, Rabu, mengatakan, sebanyak 472 TKI asal Kalbar itu dari total sebanyak 490 TKI yang ditempatkan ke luar negeri melalui BP3TKI Pontianak.
Adapun asal TKI tersebut, terbanyak dari Kabupaten Sambas sebanyak 255 orang, disusul Kota Pontianak sebanyak 88 orang, Kabupaten Kubu Raya 66 orang, Kota Singkawang 28 orang, Kabupaten Mempawah 19 orang, Sanggau tujuh orang, Bengkayang, Landak, dan Melawi masing-masing dua orang, kemudian Kabupaten Kayong Utara, Ketapang, dan Sekadau masing-masing satu orang.
"Sementara, Kabupaten Kapuas Hulu dan Sintang belum menempatkan TKI berdasarkan data yang ada," ungkapnya.
Menurut dia, dari data yang ada tercatat, TKI tersebut bekerja di negara Malaysia sebanyak 307 orang, Brunai Darussalam sebanyak 167 orang, Solomon Island sebanyak tujuh orang, Taiwan sebanyak tiga orang, Singapura sebanyak dua orang, Arab Saudi sebanyak dua orang, Kongo dan Timor Leste masing-masing satu orang.
"Berdasarkan sektornya sendiri, rata-rata TKI bekerja pada sektor formal (pengguna berbadan hukum) sebanyak 473 orang, dan sektor informal (pengguna perseorangan) sebanyak 17 orang. Adapun berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 303 orang, dan perempuan sebanyak 187 orang," ungkapnya.
Profesi TKI masih menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat pencari kerja di Kalbar untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya. Profesi TKI dianggap sebagai cara untuk meningkatkan kesejahteraan bagi TKI dan keluarga, katanya.
Sedangkan pada tahun 2016, berdasarkan data Sistem Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri yang dimiliki oleh Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia melalui unit kerjanya di Kalbar, yaitu BP3TKI Pontianak menempatkan sebanyak 1.750 TKI ke sejumlah negara, seperti Malaysia, Brunai Darussalam, Singapura, Arab Saudi, Qatar, Gabon dan Congo.
"Para TKI itu bekerja pada sektor formal sebanyak 1.681 orang, dan sektor informal sebanyak 69 orang.
Adapun pembagian berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki sebanyak 1.170 orang, dan perempuan sebanyak 580 orang," katanya.
Ia menambahkan bahwa lowongan pekerjaan dengan mekanisme penempatan Government to Government (G to G) saat ini yang dilaksanakan pemerintah, yaitu ke Jepang dengan posisi jabatan pekerjaan perawat dan pengasuh orang tua, dan Korea Selatan di sektor industri, manufaktur dan perikanan masih terbuka lebar, namun sayangnya karena keterbatasan kompetensi SDM yang ada sehingga tidak bisa dipenuhi.
Hal itu bisa dilihat dari jumlah pendaftar kepada ke kedua negara tersebut hanya enam orang di tahun 2016, dan 12 orang di tahun 2017. Sementara yang lulus dan berangkat ke Jepang tahun ini sebanyak dua orang yang berasal dari Kabupaten Kubu Raya dan Bengkayang dengan jabatan sebagai perawat.
"Harapan kami ke depan lembaga pendidikan formal maupun informal lebih meningkatkan kompetensi lulusannya terutama penguasaan bahasa asing," katanya.
Sementara itu, pekerjaan rumah yang masih perlu dibenahi, seperti misalnya kualitas dan kompetensi yang dimiliki calon TKI asal Kalbar tersebut.
"Data kami menunjukkan bahwa calon TKI yang ditempatkan di luar negeri sekitar 78 persen masih berpendidikan SD dan SMP, padahal kalau tingkat pendidikan dan kompetensi yang dimiliki oleh calon TKI lebih tinggi tentunya bisa mengisi jabatan-jabatan pekerjaan yang lebih baik lagi di luar negeri," katanya.
(U.A057/B008)
BP3TKI: 472 Warga Kalbar Berangkat Jadi TKI
Rabu, 5 Juli 2017 17:02 WIB