Jakarta (Antara Kalbar) - Presiden Joko Widodo dalam acara penutupan rapat
koordinasi nasional Kamar Dagang dan Industri (KADIN) 2017 di Jakarta,
(3/9), berkesempatan mendorong dan menumbuhkan optimisme kepada pelaku
usaha agar terus berusaha untuk ikut mendorong perekonomian nasional.
Di tengah situasi perekonomian global yang masih belum terlalu
baik, dukungan dan kehadiran presiden dan pemerintah memang sangat
dibutuhkan oleh pelaku usaha agar rasa aman dan nyaman tetap hadir saat
berbisnis.
Angka-angka pun disampaikan Presiden, seperti
"investment grade" yang dirilis oleh Moddy's, S&P, dimana Indonesia
mengalami peningkatan dari delapan ke empat. Juga Kemudahan Berusaha
(EODB) membaik dari 106 sekarang 91.
Pertumbuhan ekonomi
Indonesia merupakan peringkat ketiga dari negara-negara yang tergabung
dalam G20, serta angka inflasi yang relatif rendah, di mana pada 2015
sebesar 3,35 persen, tahun 2016 sebesar 3,02 persen, dan tahun 2017
diharapkan di bawah empat persen.
Angka pertumbuhan
penerimaan pajak Industri naik 16,36 persen dibanding tahun lalu,
perdagangan naik 18,7 persen, ekspor pertambangan ekspor sudah mulai
merangkak dan naiknya 30,1 persen, pertanian 23 persen.
Presiden berjanji akan mengundang para pengurus KADIN yang memberikan
masukan dan solusi terkait beberapa isu perekonomian Indonesia.
Pemerintah mengharapkan kecermatan pelaku usaha dalam melihat
peluang bisnis. Meski saat ini era digitalisasi tengah berkembang pesat,
namun masih ada perkembangan lain yang tidak kalah penting dan memiliki
peluang usaha yang besar.
Mereka itu adalah beberapa ratus
juta penduduk di Tiongkok, India, Amerika Selatan, Afrika, yang saat ini
dalam proses naik kelas untuk menjadi konsumen golongan kelas menengah.
Hal yang membedakan antara kelas menengah dengan kelas bawah adalah
gaya hidup, sehingga pelaku usaha harus bisa mencermati peluang bisnis
yang ada pada golongan kelas menengah. Untuk itu pelaku usaha nasional
jangan sampai melewatkan kondisi seperti itu dan jangan gagal
menggarapnya.
Apalagi Indonesia merupakan negara besar yang
memiliki potensi yang melimpah, mulai dari sumber daya alam hingga
pariwisata. Potensi tersebut harus dimanfaatkan dengan baik agar bisa
memenangkan kompetisi dengan negara-negara lain.
Pelaku
usaha nasional jangan sampai gagal karena pelaku usaha di negara
tetangga justru yang menggarap dan menjadi saingan, sehingga harus cepat
dan siapa yang duluan maka akan dapat.
Sekalipun persaingan
ketat namun Kepala Negara berpesan agar para pelaku usaha selalu
optimis dalam menjalankan usaha di Tanah Air.
Mengingat saat
ini tingkat kepercayaan investor terhadap Indonesia sudah semakin
meningkat, mulai dari menjadi negara ke-4 tujuan investasi hingga
peringkat kemudahan berbisnis yang berada di posisi 91 dari sebelumnya
berada di posisi 106.
Pembenahan regulasi yang selama ini
dilakukan pemerintah telah memberikan perbaikan daya saing dan mendorong
investasi secara keseluruhan.
Indikator yang makin membaik
itu menggambarkan bahwa peraturan-peraturan sudah memberikan ruangan
yang lebih sederhana sehingga rasa percaya dan investasi bisa berjalan.
Pemerintah memberikan apresiasi atas naiknya peringkat daya saing
Indonesia dari posisi 41 ke 36 dalam Global Competitiveness Index
2017-2018 yang dipublikasikan Forum Ekonomi Global (WEF), karena
penilaian itu memperlihatkan bahwa proses deregulasi untuk mendorong
investasi mulai memberikan dampak.
Meski demikian pemerintah
akan terus melakukan kombinasi kebijakan dengan mengawal momentum
pertumbuhan ekonomi dan menjaga kepercayaan investor agar sektor
investasi dapat terus berkembang sesuai potensinya.
Pemerintah akan coba terus lakukan kebijakan kombinasi antara menjaga
momentum pertumbuhan ekonomi dan pasarnyanya supaya tetap sehat. Di sisi
lain, rasa percaya akan dijaga karena ada simplifikasi dan sejumlah
kebijakan yang mendukung investasi.
Publikasi Bank Dunia
mencatat pertumbuhan investasi di Indonesia mulai meningkat sejak
triwulan IV-2015 yang didukung oleh membaiknya pembangunan infrastruktur
pada jalan maupun gedung.
Pertumbuhan investasi pada bidang
konstruksi itu mencerminkan membaiknya kinerja pada sektor
infrastruktur publik. yang didukung oleh pola efisiensi belanja modal
pemerintah, terutama pada paruh pertama 2017.
Selain itu,
investasi swasta juga menunjukkan tanda-tanda peningkatan, yang didukung
oleh menurunnya tingkat suku bunga pinjaman, akibat penyesuaian suku
bunga acuan hingga 150 basis poin yang dilakukan oleh Bank Indonesia,
sejak akhir tahun 2016.
Untuk memudahkan pelaku usaha dalam
berbisnis pembangunan infrastruktur akan terus didorong untuk mengejar
ketertinggalan Indonesia dengan negara lain. Pemerintah menilai
kebutuhan sarana infrastruktur yang memadai sangat penting untuk
mendorong pemerataan ekonomi dan mengatasi kesenjangan antarwilayah.
Pemerintah Indonesia telah berupaya mengatasi persoalan ini dan
menargetkan investasi infrastruktur tambahan pada sektor transportasi,
air bersih, energi dan sektor utama lainnya, total senilai kurang lebih
400 miliar dolar AS dalam periode 2015-2019.
Sinergi Kamar
Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia akan mensinergikan langkah,
khususnya bagi pelaku usaha dalam negeri dengan kebijakan pemerintah
dalam upaya untuk penciptaan lapangan kerja serta mengurangi tingkat
kesenjangan dan kemiskinan.
KADIN akan mengumpulkan masukan strategis dari pelaku usaha, yang nantinya akan disampaikan kepada pemerintah.
Pihaknya akan menghimpun masukan-masukan strategis dari kalangan
dunia usaha serta akan sinergikan langkah dengan kebijakan pemerintah.
KADIN saat ini tengah mendorong penciptaan lapangan kerja, yang
perlu didukung dengan kebijakan pemerintah yang berpihak pada penciptaan
iklim usaha kondusif, pertumbuhan ekonomi, serta peningkatan daya saing
dunia usaha nasional.
Dengan adanya penciptaan lapangan
kerja diharapkan akan mampu mengurangi tingkat kemiskinan dan
kesenjangan ekonomi secara signifikan.
Pada Rakornas KADIN
2017 tersebut, secara serentak seluruh sektor usaha dikoordinasikan
dengan pemerintah melalui kementerian teknis. Dalam Rakornas tersebut,
Kadin membagi bidang dan sektor dalam 14 kluster utama.
Beberapa kluster utama tersebut adalah, bidang sumber daya mineral,
batubara, listrik, industri migas energi terbarukan dan lingkungan
hidup. Selain itu, bidang perbankan, finansial, pasar modal, investasi,
kebijakan moneter dan fiskal.
Kemudian, kluster bidang
perindustrian dan perdagangan, bidang UMKM, koperasi, industri kreatif
dan inovasi teknologi startup, dan kluster bidang agribisnis, pangan,
kehutanan, pengolahan makanan, industri peternakan, kelautan dan
perikanan.
Menumbuhkan Optimisme Kepada Pelaku Usaha
Rabu, 4 Oktober 2017 12:27 WIB