Pontianak (ANTARA) - Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Barat Muhammad Munsif mengatakan sampai saat ini pihaknya belum menemukan ada laporan dari peternak babi di Kalbar yang mengeluhkan penyakit akibat flu babi (swine flu) G4 EA H1N1 pada hewan ternak mereka.
"Namun, kita tetap mengimbau kepada para peternak untuk selalu waspada dan menerapkan biosekuriti pada peternakannya, walau pun untuk saat ini, jenis virus flu babi (swine flu) G4 EA H1N atau penyebab penyakit pada hewan ini, belum ada di wilayah Kalbar," kata Munsif di Pontianak, Jumat.
Meski demikian, mengingat kondisi geografis Kalbar yang berbatasan dengan negara tetangga, dirinya menyatakan akan memperketat ke luar masuk hewan ternak, khususnya babi dari negara tetangga. Hal tersebut dilakukan sebagai SOP untuk menjaga kewaspadaan masuknya virus tersebut ke Indonesia melalui Kalbar.
Baca juga: Kementan imbau peternak babi terapkan kebersihan waspadai virus baru
"Tugas itu menjadi tanggungjawab utamanya institusi Karantina Hewan, yang ada di setiap pelabuhan (darat, laut dan udara) pintu masuk ke Indonesia termasuk ke wilayah Kalbar. Ini akan kita koordinasikan," tuturnya.
Dikatakannya, semua kemungkinan patut diduga (ada evidence nya secara scientifik atau berdasarkan hasil riset para ahli) bisa menjadi rujukan. Yang jelas, katanya, k harus mengetahui pembawa virus atau penyakit hewan exotic, pastinya akan dilarang masuk ke Kalbar.
"Tentu saja hewannya juga dilarang masuk bila tidak mengantongi sertifikat kesehatan hewan/sertifikat veteriner dari negara atau daerah asal. Terkait hal tersebut, berbagai info teknis yang didapat berkaitan dengan moda penularan akan menjadi acuan dinas untuk mengedukasi masyarakat, khususnya peternak," katanya.
Saat ditanya apakan pihaknya akan membentuk tim untuk melakukan pemeriksaan terhadap hewan ternak di Kalbar, Munsif mengatakan, saat ini, pihaknya mengalami kendala pada tenaga dan pembiayaan untuk melakukan pengecekan kesehatan langsung ke tiap individu hewan. Sehingga hal tersebut belum bisa dilakukan.
"Namun info kewaspadaan terhadap penyakit baru tersebut tentu harus segera disebarluaskan ke semua petugas dan peternak di wilayah Kalbar. Dengan harapan, petugas maupun peternak bisa segera melaporkan ke dinas bila menemui hewan ternaknya menunjukkan gejala indikatif yang wajib dicurigai untuk diberikan pemantauan/ pemeriksaan yang lebih intensif," katanya.
Baca juga: Berpotensi menjadi pandemi baru, Kementan tindaklanjuti temuan virus flu babi hasil publikasi China
Baca juga: Kementan tingkatkan pengawasan lalu lintas hewan, waspada flu babi
Seperti diketahui, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian telah mengimbau agar peternak babi di Indonesia selalu menerapkan kebersihan atau higienitas dalam kandang untuk mewaspadai virus baru flu babi (swine flu) G4 EA H1N1.
Direktur Kesehatan Hewan Kementan Fadjar Sumping Tjatur Rasa menjelaskan bahwa pihaknya memperketat penerapan biosekuriti atau praktik peternakan yang mengutamakan pencegahan penyebaran penyakit ke populasi hewan, termasuk menjaga kebersihan dalam kandang ternak.
"Terutama untuk para peternak babi juga harus menerapkan biosekuriti, karena kebetulan kami juga sedang memperketat biosekuriti di peternakan-peternakan babi terkait adanya kasus African Swine Fever," kata Fadjar Sumping dalam wawancara di salah satu televisi swasta di Jakarta, kemarin.
Penyakit flu babi yang dilaporkan oleh ilmuwan Tiongkok adalah penyakit yang disebabkan oleh virus infulenza H1N1 galur baru dan berpotensi menular dari hewan ke manusia (zoonosis).
Baca juga: Kemenkes RI waspadai kemungkinan serangan flu babi pada manusia
Baca juga: Setelah COVID-19, peneliti China keluarkan peringatan dini pandemi flu babi
Baca juga: Flu Babi Tewaskan 800 Lebih Orang di India Sejak 2015