Jakarta (ANTARA) -
Survei Center for Political Communication Studies (CPCS) menyebutkan adanya kisruh Partai Demokrat yang menggelar kongres luar biasa (KLB) memberikan efek elektoral bagi Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Temuan survei CPCS menunjukkan adanya kenaikan secara mengejutkan elektabilitas bagi Ketua Umum DPP Partai Demokrat itu dalam pertarungan menuju Pilpres 2024.
"AHY secara mengejutkan naik elektabilitasnya sebagai calon presiden (capres) dari kisaran di bawah 2 persen menjadi 6,3 persen, mengejar Prabowo yang masih teratas serta Ridwan Kamil dan Ganjar, Pranowo," kata Direktur Eksekutif CPCS Tri Okta S.K. dalam siaran persnya di Jakarta, Senin.
Posisi paling atas tetap diduduki Prabowo Subianto sebesar 20,6 persen yang dibayangi oleh Ridwan Kamil (15,2 persen) dan Ganjar (14,7 persen) yang bersaing ketat.
Jika sebelumnya stabil di papan bawah, kini pada survei yang dilakukan pada tanggal 5—15 Maret 2021, AHY menyodok ke urutan keempat (6,3 persen), disusul oleh Menteri BUMN Erick Thohir di posisi kelima (5,6 persen). Sementara itu, Sandiaga Uno (5,4 persen) dan Anies Baswedan (5,1 persen).
Menurut Okta, lonjakan elektabilitas AHY tidak bisa dilepaskan dari upaya sejumlah kalangan yang melibatkan pihak Istana untuk melengserkan kepemimpinannya.
"Demokrat yang notabene partai oposisi menjadi incaran untuk dijinakkan dan ditarik masuk ke dalam koalisi pemerintahan yang sudah sangat gemuk," kata Okta.
KLB yang terkesan sangat dipaksakan dan memilih Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko sebagai ketua umum yang bukan kader Demokrat, kata dia, mengundang simpati dari masyarakat.
"Figur AHY yang terzalimi mengingatkan saat ayahnya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) naik ke panggung kekuasaan pada tahun 2004," kata Okta.
Survei CPCS juga mencatat elektabilitas Prabowo dalam 1 tahun sempat mengalami penurunan. Meski demikian, masih tetap berada di posisi teratas.
Elektabilitas Prabowo pada bulan Maret 2020 mencapai 22,7 persen, kemudian turun menjadi 18,4 persen (Juli 2020) dan 19,2 persen (November 2020).
"Usai Pemilu 2019, Prabowo masih menikmati keunggulan elektoral dan berpeluang kuat maju kembali dengan pesaing RK dan Ganjar," tutur Okta.
RK dari 5,8 persen (Maret 2020) melejit menjadi 11,3 persen (Juli 2020) dan 9,3 persen (November 2020), kini naik lagi menjadi 15,2 persen atau urutan kedua.
Ganjar dari 8,5 persen (Maret 2020), naik ke 13,5 persen (Juli 2020) dan 16,0 persen (November 2020), kini turun menjadi 14,7 persen dan tergeser ke urutan ketiga.
Berikutnya adalah AHY dari 1,4 persen (Maret 2020) naik ke 1,8 persen (Juli 2020) dan 1,9 persen (November), kini pada bulan Maret 2021 mencapai 6,3 persen atau berada di urutan keempat.
Erick Thohir (4,1 persen/3,1 persen/2,7 persen/5,6 persen) di urutan kelima. Lalu di bawahnya Sandi (12,1 persen/9,3 persen/5,8 persen/5,4 persen), dan Anies (13,8 persen/10,6 persen/6,6 persen/5,1 persen).
Nama-nama lain adalah Tri Rismaharini tetap konsisten sebesar 3,7 persen, Khofifah Indar Parawansa (2,2 persen), Giring Ganesha (0 persen/0 persen/1,7 persen/2,0 persen), Puan Maharani 3,6 persen/2,4 persen/1,1 persen/1,3 persen), dan Mahfud MD (1,6 persen/1,4 persen/1,0 persen/1,1 persen).
Sementara itu, yang lain masih di bawah 1 persen dan sisanya tidak tahu/tidak jawab (13,9 persen).
Survei CPCS dilakukan pada tanggal 5—15 Maret 2021 dengan jumlah responden 1.200 orang mewakili seluruh provinsi di Indonesia.
Survei dilakukan melalui sambungan telepon terhadap responden yang dipilih secara acak dari survei sebelumnya sejak 2019. Margin of error survei sebesar ±2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.