Pontianak (ANTARA) - Kampung Wisata Bakol terletak di Desa Sungai Belidak, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat, saat ini menjadi wisata baru di Kabupaten Kubu Raya, khususnya menjadi pusat kegiatan kerajinan anyaman bakol yang dilakukan oleh masyarakat setempat.
Kampung Wisata Bakol diresmikan oleh Bupati Kubu Raya pada tanggal 29 November 2020, mulai saat itu bakol menjadi gerakan baru sebagai pengganti tempat kue ataupun kotak nasi.
Berawal dari diskusi bersama ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kubu Raya Rosalina Muda tentang kerajinan tangan yang saat itu dan sampai sekarang menggalakan tentang bakol yang ramah lingkungan.
Sejak saat itu timbul ide bekerjasama dengan Dekranasda Kubu Raya untuk membuat pelatihan menganyam bakol untuk ibu-ibu di Desa Sungai Belidak.
“Saat itu juga saya selaku pemuda Sungai Belidak mempunyai pemikiran menjadikan Desa kami menjadi salah satu tempat yang memproduksi Bakol dari tangan ibu-ibu pengrajin,” kata Juliansyah saat diwawancarai.
Bakol dibuat dari daun pucuk yang diambil dari tepi sungai atau muara yang terdapat banyak pohon nipah, setelah itu lidinya dibuang, dan dijemur selama tiga hari dan baru bisa dianyam.
Pengrajin yang terdiri dari ibu-ibu masyarakat setempat, biasanya setiap hari menganyam kurang lebih 10 buah bakol dengan ukuran yang berbeda-beda.
“Bakol di jual dengan Rp3.500 sampai Rp5.000 sesuai ukuran, kami mengambil keuntungan satu buah bakol hanya Rp500 untuk oprasional saja,” katanya.
Kerajinan bakol dijual sendiri di kampong bakol, selain itu juga ke pelaku usaha catering rumah makan, dan dipromosikan di Dekranasda Kubu Raya.
Meskipun terbilang baru, sejak November tahun lalu sampai saat ini produksi bakol sudah mencapai kurang lebih 5.000 buah.
“Pemerintah Kubu Raya selalu mendukung dengan adanya Kampung Bakol ini dan memberikan bantuan baik dalam bentuk uang maupun bahan,” ujarnya.
Tidak ada usaha yang tidak ada kendala, dalam proses pengambilan bahan, terkadang jika dalam keadaan air besar, pengrajin tidak bisa ambil daun nipah, pada saat musim penghujan tidak bisa menjemur bahan baku.
Namun hal tersebut tetap menjadi tantangan bersama untuk tetap berusaha, meski segala kedala tidak dapat terelakkan.
Bupati Muda Mahendrawan mengatakan keberadaan Kampung Bakol tidak terlepas dari kebijakan pihaknya yang mulai 2021 mendatang akan mewajibkan penggunakan besek dan bakul anyaman untuk menggantikan kotak makanan berbahan kertas, styrofoam, dan plastik yang selama ini digunakan.
Program tersebut menyasar kegiatan-kegiatan di lingkungan kerja Pemerintah Kabupaten Kubu Raya hingga di tingkat desa.
“Kami berpikir sederhana, bahwa kotak makanan yang selama ini digunakan baik kertas, styrofoam, maupun plastik itu tidak ada pabriknya di sini. Berarti kan uangnya itu tidak lari ke masyarakat karena pabriknya tidak di sini. Maka ini sekaligus membuka peluang untuk masyarakat. Ibaratnya akan ada penghasilan tambahan bagi warga,” kata Muda Mahendrawan.
Berawal dari situ, Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Kubu Raya Raya intens melakukan pelatihan menganyam di berbagai desa. Sebab bahan baku yang diperlukan juga cukup melimpah di Kubu Raya.
“Nah, kita berpikir yang pasti di depan mata. Memang awal-awal itu sulit. Namanya pelatihan, semua melatih diri. Namun insya Allah kalau sudah terlatih itu akan ringan. Inilah proses perjuangan kita masyarakat di Kubu Raya,” ujarnya.
Menurut Bendagara Dekranasda Herlina, progres program mengganti plastic atau kotak nasi menjadi bakol terbilang sangat baik, karena saat ini Bupati Kubu Raya juga telah menetapkan Peraturan Bupati yang mewajibkan penggunaan bakol.
“Alhamdulillah, progress untuk program bakol sangat baik, apalagi sudah ada Perbup yang telah di tetapkan oleh Bapak Bupati Kubu Raya yakni setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) wajib menggunakan bakol disetiap kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh dinas, seperti rapat, acara peresmian, maupun kegiatan lainnya, tidak hanya untuk Pemkab saja, tapi seperti Bank, Hotel, Cafe dan Resto, Catering, Toko Kue, dan lainnta semua sudah menggunakan bakol tersebut,” kata Herlina.
Saat ini masyarakat juga berprogres sangat baik, karna mereka juga merasa terbantu dengan adanya kegiatan menganyam bakol, selain ramah lingkungan, dengan menganyam bakol mereka juga bisa menambah penghasilan dan menurut Bupati dan Ketua Dekranasda Kubu Raya menganyam bakol sebagai upaya menjaga peradaban, karna tradisi menganyam yang mulai punah, sehingga di galakkan kembali bukan hanya kepada Ibu-ibu tp juga bisa masuk ke kalangan anak-anak muda agar bisa meneruskan tradisi menganyam bakol.
Sebanyak sembilan Kecamatan di Kabupaten Kubu Raya saat ini telah dilakukan sosialisasi di 9 kecamatan dan juga pelatihan-pelatihan menganyam oleh ketua Dekranasda.
“Alhamdulillah semua sudah giat menganyam bakol, beberapa kecamatan yang aktif mengirim bakol yaitu Kecamatan Sungai Kakap, Telok Pakedai, Batu Ampar, Rasau Jaya, Sungai Ambawang dan beberapa kecamatan lain, walaupun masih belum bisa untuk produksi dalam jumlah besar tetapi tetap giat menganyam.
Bakol jadi alternatif baru pengganti kotak nasi yang ramah lingkungan
Jumat, 4 Juni 2021 11:11 WIB