Jakarta (ANTARA) - Praktisi kesehatan spesialis dermatologi, venereologi, dan estetika dokter Ni Luh Putu Pitawati menjelaskan perbedaan gejala penyakit cacar monyet, cacar air, dan campak.
Dalam seminar mengenai pencegahan cacar monyet yang diikuti secara daring dari Jakarta, Minggu, dia menjelaskan bahwa cacar monyet antara lain ditandai dengan gejala berupa demam dengan suhu tubuh lebih dari 38 derajat Celsius serta ruam setelah satu sampai tiga hari.
"Pada cacar air, demam hingga 39 derajat Celsius dengan ruam setelah nol sampai dua hari. Sedangkan campak, demam tinggi hingga 40,5 derajat Celsius dengan ruam setelah dua sampai empat hari," katanya.
Menurut dia, jenis ruam gejala cacar monyet, cacar air, dan campak berbeda.
Pada cacar monyet, ruam yang muncul bisa berupa makula (lesi rata dengan warna berbeda dan ukuran hingga 0,5 cm) dan papula (lesi padat dan timbul dengan ukuran hingga 0,5 cm), vesikel (lesi bintik dengan cairan), pustula (lesi mirip luka lepuh berisi nanah), dan krusta (kerak mengering pada luka).
Putu mengatakan bahwa cacar monyet menimbulkan jenis ruam yang sama di seluruh anggota tubuh pada fase akut (0-5 hari pertama) maupun fase erupsi (1-3 hari setelah timbul demam).
Sedangkan pada cacar air, dia menyebutkan, ruam hanya berbentuk makula, papula, dan vesikel pada berbagai fase.
"Kemudian, pada campak, jenis ruam merupakan ruam non-vesikel di berbagai fase," katanya.
Putu juga mengemukakan adanya perbedaan yang signifikan pada perkembangan ruam akibat cacar monyet, cacar air, dan campak.
Menurut dia, pada penderita cacar monyet perkembangan ruam terjadi secara lambat (3-4 minggu) sedangkan pada penderita cacar air dan campak perkembangan ruam terhitung cepat, terjadi dalam hitungan hari.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dokter jelaskan perbedaan gejala cacar monyet, cacar air, dan campak