Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan komitmen Indonesia untuk terus mendukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam menjalankan fungsi dan perannya dalam merespons tantangan global, termasuk untuk menjalankan aksi iklim.
Hal tersebut sampaikan Presiden Jokowi dalam pertemuan bilateral dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres di sela-sela COP28 di Dubai, UAE, pada Sabtu, di mana Presiden Jokowi memaparkan sejumlah langkah nyata yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam mengatasi perubahan iklim.
Kepada Sekjen PBB, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa Indonesia menghargai inisiatif kemitraan transisi energi berkeadilan (JETP), yang memungkinkan Indonesia mendapat komitmen pendanaan transisi energi senilai 20 miliar dolar AS (sekitar Rp310 triliun) dari sejumlah negara maju.
Meski demikian, Presiden Jokowi menilai komposisi hibah harus lebih konstruktif dan aksi iklim global tidak bisa maju tanpa kolaborasi semua pihak.
"Oleh sebab itu, Indonesia mendukung agenda akselerasi dalam pendanaan iklim yang digagas Yang Mulia (Sekjen PBB) bahwa negara maju harus membantu negara berkembang," kata Jokowi, dalam keterangan tertulis Biro Pers Sekretariat Presiden RI.
Presiden Jokowi menilai dukungan Sekjen PBB sangat penting agar COP28 menyepakati operasionalisasi pendanaan loss and damage atau dana untuk membantu negara berkembang mengatasi kerugian dan kerusakan sosial, ekonomi, serta lingkungan akibat dampak perubahan iklim
Selain itu, dia juga menyerukan pentingnya kerja sama pendanaan energi baru terbarukan bagi negara berkembang.
Sebelumnya, Sekjen PBB Antonio Guterres meminta negara peserta COP28 untuk bekerja sama melindungi semua masyarakat dari krisis iklim.
“Tahun demi tahun, komitmen dunia untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius semakin memudar. Dan kita sedang melaju menuju kenaikan suhu sebesar 3 derajat, tetapi belum menunjukkan tanda-tanda melambat,” kata Guterres dalam Local Climate Action Summit di Dubai, Jumat (1/12).
Pada saat yang sama, ujar dia, negara-negara berkembang tidak mendapatkan dukungan yang mereka perlukan untuk beradaptasi terhadap bencana yang terjadi di sekitar mereka dan melakukan lompatan menuju masa depan terbarukan.
Dia kemudian mengatakan bahwa dunia perlu berkomitmen pada kerangka waktu yang jelas untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil sesuai dengan target 1,5 derajat Celcius.
Oleh karena itu, Guterres meminta para pemimpin untuk berinvestasi pada infrastruktur transportasi umum yang berbahan bakar energi terbarukan, serta memprioritaskan udara bersih dan lapangan kerja dalam ekonomi hijau.
“Mari kita bersatu dan bekerja bersama untuk melindungi semua komunitas dari krisis iklim, serta mendorong masa depan yang terbarukan, berkelanjutan, dan adil bagi manusia dan planet bumi,” kata dia.
Sebagai Presiden COP28 tahun ini, Uni Emirat Arab (UAE) mengumumkan 30 miliar dolar AS (sekitar Rp462,5 triliun) untuk mendanai solusi iklim global.
Dana tersebut bertujuan untuk menjembatani kesenjangan finansial terkait isu-isu iklim dan akan menarik investasi sebesar 250 miliar dolar AS (sekitar Rp3.854 triliun) pada 2030, kata Presiden UAE Mohammed bin Zayed Al Nahyan dalam pidato pembukaan COP28.
Dia menjelaskan bahwa UAE telah menginvestasikan 100 miliar dolar AS (sekira Rp1.541 triliun) untuk mendanai aksi iklim dan energi terbarukan dan bersih, serta berkomitmen untuk menginvestasikan tambahan 130 miliar dolar AS (sekitar Rp2.004 triliun) selama tujuh tahun ke depan.