Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (SF-ITB) Rahmana Emran Kartasasmita mengatakan produk tembakau alternatif lebih rendah risiko kesehatan bila dibandingkan tembakau konvensional yang marak beredar saat ini.
Menurutnya, aspek itu bisa menjadi pertimbangan bagi perokok dewasa untuk berhenti dari kebiasaan merokok.
"Berhenti merokok total sulit dilakukan perokok dewasa. Untuk itu, mereka disarankan beralih ke produk tembakau yang dipanaskan karena lebih rendah tingkat risiko kesehatannya," kata Rahmana dalam keterangan di Jakarta, Selasa.
Rahmana menegaskan produk tembakau alternatif diperuntukkan bukan untuk kalangan nonperokok yang mulai mengonsumsi produk tembakau, melainkan untuk perokok aktif yang ingin lepas dari kecanduan menghisap tembakau konvensional.
Universitas Bern di Swiss melalui risetnya berjudul Electronic Nicotine-Delivery Systems for Smoking Cessation mengungkapkan potensi produk tembakau alternatif sebagai salah satu opsi yang efektif bagi perokok dewasa untuk beralih dari kebiasaan merokok.
Kajian yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine pada Februari 2024 itu menyimpulkan bahwa produk tembakau alternatif lebih efektif dibandingkan konseling berhenti merokok.
Pemimpin riset dari Institute of Primary Health Care di Universitas Bern, Reto Auer, menjelaskan kajian ilmiah itu melibatkan berbagai interdisipliner, seperti bidang kedokteran keluarga, paru, toksikologi, kecanduan, dan epidemiologi dari lima universitas di Swiss.
Tujuan dari riset tersebut untuk mengetahui seberapa efektif produk tembakau alternatif digunakan dalam jangka waktu lama serta bagian dari konseling berhenti merokok secara intensif.
“Studi itu untuk membandingkan efektivitas, keamanan, dan toksikologi produk tembakau alternatif sebagai solusi berhenti merokok dibandingkan dengan metode lainnya,” kata Auer.
Penelitian berlangsung selama enam bulan dengan melibatkan 1.246 peserta yang diperiksa secara klinis di lima universitas di Swiss.
Dari jumlah tersebut sebanyak 622 peserta masuk dalam kelompok intervensi yang memanfaatkan produk tembakau alternatif, sementara 624 peserta lainnya berada di kelompok kontrol dengan menggunakan obat berhenti merokok dan terapi pengganti nikotin untuk berhenti merokok.
Hasil penelitian menunjukkan pemanfaatan produk tembakau alternatif meningkatkan keberhasilan berhenti merokok sebesar 21 persen.
Pada kelompok yang menggunakan produk tembakau alternatif, tingkat keberhasilan berhenti merokok mencapai 53 persen. Adapun tingkat keberhasilan berhenti merokok di kelompok yang tidak memaksimalkan produk tembakau alternatif sekitar 32 persen.
Selain keefektifannya untuk beralih merokok, pemanfaatan produk tembakau alternatif juga berdampak positif dalam mengurangi dampak kesehatan akibat merokok.
Pelaporan masalah kesehatan, seperti batuk dan produksi dahak, lebih rendah pada kelompok intervensi yang menggunakan produk tembakau alternatif, yakni sebesar 41 persen dibandingkan dengan kelompok kontrol sekitar 34 persen.
Auer menyampaikan bahwa temuan riset itu mengungkapkan produk tembakau alternatif lebih efektif membuat perokok berhenti merokok dibandingkan dengan terapi pengganti nikotin.
"Penelitian kami menegaskan temuan sebelumnya bahwa produk tembakau alternatif efektif untuk berhenti merokok. Penelitian itu juga menunjukkan manfaat yang mereka dapatkan dalam konteks konseling berhenti merokok secara intensif," pungkasnya.