Pontianak (ANTARA) - Petani kratom Selimbau, Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat, Andhio mengatakan bahwa tanaman kratom baik budidaya maupun yang tumbuh liar di hutan diserang oleh hama ulat, akibatnya para petani mengalami kerugian besar.
"Hama ulat muncul pada awal April 2024 lalu. Saat itu semua daun di tepi sungai semuanya diserang ulat," katanya di Selimbau, Selasa
Ia menjelaskan, para petani sudah berusaha membasmi hama tersebut. Namun biaya penyemprotan pestisida sangat besar, sehingga hanya sebagian kecil area saja yang bisa tertangani dan tidak efektif. Ujungnya petani membiarkan saja hama itu merajalela.
"Tanaman kratom yang berada di tepi sungai hampir semuanya saat ini diserang ulat. Jika dihitung luasnya sekitar puluhan ribu hektare," ujarnya.
Menurut dia, normalnya dalam satu bulan para petani bisa dua kali panen. Namun saat ini mereka belum bisa panen sama sekali karena serangan hama ulat tersebut. "Kerugian kami bisa mencapai ratusan juta rupiah," katanya.
Saat ini, petani hanya bisa melihat daun kratom dimakan ulat. Namun mereka memilih untuk mengabaikannya. Hal ini karena sekarang harga kratom sedang anjlok, sehingga tidak sebanding dengan biaya untuk penyemprotan.
"Kami kecewa dengan harga sekarang. Sebenarnya kalau harganya normal, para petani bisa mengatasi sendiri hama itu. Tetapi dengan harga sekarang, hasil panen biayanya tidak mampu menutupi biaya penyemprotan," katanya.
Saat ini harga kratom yang sudah dalam bentuk basah hanya 4.000 per kilogram. Sedangkan remahan kering Rp19.000 per Kg. Menurut Andhio, dibanding masa normal pun angka tesebut sangat rendah, dimana dulu harga kratom menyentuh Rp40.000 per Kg.
"Satu kilogram kratom remahan itu merupakan penyusutan dari empat kilogram daun mentah. Belum lagi kami harus membayar upah untuk memanen dan menjemurnya. Jadi kami putuskan untuk stop dulu sementara," ujarnya.
Menurut Andhio, anjloknya harga kratom juga disebabkan adanya persaingan brutal di tingkat pengepul dan eksportir. “Hari-hari ini banyak sekali orang dari luar negeri yang datang untuk melihat kratom di Kapuas Hulu. Mereka bekerja sama dengan orang lokal untuk membeli kratom dalam jumlah besar dan harga rendah,” ungkapnya.
Sementara itu, pelaku usaha ekspor kratom, Rudyzar Zaidar Mochtar mengatakan masalah hama kratom memang sudah menjadi isu dalam beberapa tahun terakhir yang mengakibatkan gagal panen dan kerugian bagi petani.
Menurutnya, perlu ada bantuan dari pemerintah untuk memberantas hama tersebut. Namun dia juga menyadari bahwa biaya untuk penyemprotan lahan yang mencakup area puluhan ribu hektare sangat besar.