Pontianak (ANTARA) - Pj Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar) Harisson menyatakan sektor pertambangan mampu mendongkrak perekonomian Kalbar setelah peresmian sekaligus injeksi bauksit perdana Smelter Grade Alumina Refinery oleh Presiden Joko Widodo di PT Borneo Alumina Indonesia (BAI).
"Kami yakin, dengan konsisten dan keseriusan pengembangan proyek pertambangan ini diharapkan dapat mendongkrak perekonomian Kalimantan Barat kedepannya," kata Harisson saat mendampingi Presiden Jokowi meresmikan Smelter Grade Alumina Refinery di PT BAI, yang terletak di Kabupaten Mempawah, Selasa.
Menurut dia, hilirisasi industri perlu terus dipacu, di mana hal tersebut sejalan dengan program Presiden Jokowi.
"Jangan kita eksplorasi SDA (sumber daya alam) lalu diekspor dan dibeli oleh negara lain dengan harga murah. Harusnya dilakukan hilirisasi terhadap SDA dan dapat dijual dengan harga yang berkali-kali lipat," tuturnya.
Disamping itu, ia juga sependapat dengan apa yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo untuk menekan ekspor bahan mentah.
"Dengan ini, kita akan mampu menekan impor bahan baku produksi misalnya aluminium yang menghabiskan devisa padahal kita punya bahan bakunya. Ucapan terima kasih kepada Pak Jokowi Presiden RI yang terus berupaya untuk meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Kalimantan Barat," kata Harisson.
Seperti diketahui bersama Aluminium oksida (Alumina) adalah sebuah senyawa kimia dari aluminium dan oksida, yang merupakan bahan yang paling banyak digunakan dalam berbagai jenis bahan metalurgi, industri kimia, industri otomotif, dan industri kosmetik.
Diharapkan proyek ini akan mencapai tahapan Commercial Operation Date (COD) pada Februari 2025. Adapun, proses pengolahan bauksit menjadi alumina sudah bisa dilakukan pada kuartal IV 2024. Untuk pengolahan bauksit menjadi alumina dibutuhkan waktu selama 45 hari dengan proses bayer dengan kapasitas 1 MTPA alumina.
Untuk kapasitas, pabrik yang berdiri di atas kawasan seluas 246 Ha (Alumina Plant + PLTU + Coal Gas Plant) ini bisa memproduksi 1 juta ton alumina per tahun dengan estimasi bahan baku bauksit sebanyak 3,3 juta ton per tahun. Proyek ini terbagi dalam dua fase dan menelan nilai investasi sekitar US$1,7 miliar.