Sungai Raya, Kalbar (ANTARA Kalbar) - Kabupaten Kubu Raya, Kalbar, memiliki luas wilayah laut 760 km persegi dan luas perairan umum dengan garis pantai sepanjang 149 km telah menjadikan 30 persen dari 500 ribu lebih penduduknya berprofesi sebagai nelayan.

Meski rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) ditunda, tetap saja membuat para nelayan di kabupaten termuda di Kalbar itu sulit untuk melaut dan meningkatkan kesejahteraannya.

Untuk harga yang berlaku saat ini saja, dengan harga BBM subsidi untuk nelayan sebesar Rp 4.500/liter, hasil lautnya hanya cukup untuk mendukung kebutuhan hidup sehari-hari.

Para nelayan tetap tidak mampu memberikan kehidupan yang layak bagi keluarganya dan dan kehidupan mereka tetap terjerat dalam kubang kemiskinan.

Keprihatinan nelayan itu ditangkap oleh seorang yang bernama Amin, sang penemu alat mixer pada mesin sampan bermotor di sungai Raya.

"Awalnya kita prihatin karena hasil tangkap masyarakat nelayan yang kecil harus diberatkan dengan mahalnya biaya BBM. Dari kondisi tersebut, saya selaku putera daerah Kabupaten Kubu Raya merasa terpanggil untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi para nelayan. Makanya kita mencoba mencari solusi dari semakin mahalnya harga BBM itu dengan menciptakan teknologi tepat guna yang kita sebut mixer (pencampur) pada mesin bermotor yang digunakan pada sampan nelayan," kata Amin.

Amin menjelaskan, mixer adalah alat yang digunakannya untuk menjadikan gas elpiji sebagai pengganti BBM pada mesin sampan bermotor. Dengan alat itu juga, mesin sampan bermotor yang notabenenya menggunakan mesin Robin tidak mengubah fungsi BBM, sehingga masyarakat dapat memilih alternatif bahan bakar yang akan digunakan, apakah gas elpiji atau BBM secara bergantian.

"Mungkin di daerah lain sudah banyak penemu yang mengganti BBM dengan gas elpiji pada mesin kendaraan bermotor, namun fungsi mesin tersebut hanya bisa menggunakan satu bahan bakar saja. Namun dengan mixer ini, masyarakat masih bisa menggunakan BBM dan gas elpiji secara bergantian, tanpa mengubah fungsi mesin itu sendiri," katanya menjelaskan.

Mixer itu dipasang dekat dengan karburator mesin dan menggunakan tuas panel yang memudahkan masyarakat mengganti penggunaan bahan bakar. Dengan alat itu juga, para nelayan dipastikan bisa menghemat penggunaan gas elpiji hingga lima kali lipat dari pada menggunakan BBM.

"Dengan menggunakan bahan bakar gas elpiji, nelayan dan masyarakat bisa menghemat lima kali lipat biaya yang dikeluarkan selama ini. Selain itu, dengan menggunakan bahan bakar gas, juga mengurangi emisi, karena mesin yang menggunakan bahan bakar gas ini sama sekali tidak mengeluarkan asap dan berbeda jika menggunakan mesin dengan bahan bakar bensin dan solar," tuturnya.

Kelebihan lainnya, onderdil dan isi dalam mesin juga tidak cepat kotor dan suara yang dikeluarkan mesin lebih halus sehingga tidak berisik.

Dia menyatakan, dengan menggunakan bahan bakar gas, jelas akan menghemat pengeluaran para nelayan. Pasalnya, satu tabung gas bisa digunakan untuk perjalanan selama sepuluh jam dengan jarak tempuh lebih dari 20 kilometer," kata Amin.

Amin dan tim yang dipimpinnya sudah melakukan riset untuk pengembangan mesin tersebut selama enam bulan dan sudah melakukan beberapa kali uji coba dan hasilnya sangat memuaskan.

"Kita harapkan dengan adanya pengembangan mesin ini bisa mengurangi beban nelayan dan meningkatkan pendapatan mereka sehingga upaya peningkatan kesejahteraan kehidupan nelayan bisa tercapai. Kita sangat bersyukur pemerintah Kubu Raya sangat mengapresiasi apa yang kita lakukan, bahkan pak Bupati Muda Mahendrawan siap untuk mendukung penuh," katanya.

Pria yang sehari-harinya berprofesi sebagai wirausaha itu juga menyatakan, pihaknya akan terus mengembangkan mesin bebahan bakar gas itu. Bahkan rencananya bulan April nanti pihaknya akan melajukan uji coba pada kendaraan motor roda tiga, sejenis Tossa.

"Semuanya sudah siap, mesin juga sudah kita rakit, tinggal melakukan uji coba saja. Kita akan terus melakukan terobosan ke depan, bahkan kita akan melakukan modifikasi pada mesin bebahan bakar diesel agar bisa juga menggunakan bahan bakar gas," kata Amin.

Dia menjelaskan, saat ini perbandingan penghematan mesin berbahan bakar gas dengan BBM adalah satu berbanding lima, namun akan terus terus ditingkatkan penghematannya hingga satu berbanding sepuluh.

Amin juga mengatakan, saat ini perahu bemotor dengan bahan bakar gas tersebut sudah bisa digunakan pada mesin bermotor jenis 160 cc dan 200 cc. Namun, pihaknya masih belum cukup puas dan akan terus melakukan pengembangan terutama untuk menghemat penggunaan gas elpiji.

"Saat ini, dalam satu hari kita bisa memproduksi 30 buah mixer, namun tidak menutup kemungkinan ke depan kita bisa meningkatkan produksi kita," katanya.



Pemkab Mendukung

Pemerintah Kabupaten Kubu Raya gembira dan menyatakan dukungannnya kepada warga yang membuat terobosan dan mencari solusi dari berbagai permasalahan yang ada di lapangan, seperti permasalahan kesulitan nelayan untuk mendapatkan BBM sebagai salah satu kebutuhan untuk melaut.

Bahkan, lanjut Bupati Muda Mahendrawan, pihaknya juga akan mencoba meminta bantuan kepada kementerian terkait untuk mendukung program itu agar pemanfaatan gas untuk memenuhi kebutuhan transportasi laut dan sungai bisa terus digalakkan.

"Ini merupakan upaya kita untuk mencari jalan keluar bagi kesulitan yang dihadapi masyarakat kecil, seperti masyarakat nelayan. Kita berupaya untuk memberikan jalan keluar bagi masyarakat, dan pemerintah Kubu Raya akan terus memberdayakan masyarakat," katanya.

Sementara itu untuk memproduksi perahu bermotor Berbahan Bakar Gas, pemerintah Kabupaten Kubu Raya akan memanfaatkan program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), terutama BUMN, untuk membantu produksi dan pengembangan temuan yang sangat bermanfaat itu.

"Berapa BUMN seperti, Pertamina, Perbankan, dan beberapa perusahaan swasta lainnya sudah siap untuk mendukung program penggunaan bahan bakar gas pada perahu bermotor milik nelayan. Bahkan, nantinya, kita yakin akan semakin banyak pihak ketiga yang akan ikut mendukung kita, karena program itu benar-benar berpihak kepada masyarakat kecil," kata Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawa.

Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Perikanan dan Kelautan Kubu Raya, Jemain, mengatakan, saat ini pihaknya sudah membentuk tim dan mencoba mengembangkan teknologi tepat guna dengan mengkonversi minyak bensin ke gas.

"Pasalnya dengan menggunakan bahan bakar gas, lebih hemat empat kali lipat dari pada menggunakan bensin. Secara estimasi, jika nelayan selama ini mengeluarkan anggaran Rp100 ribu setiap melaut, dengan menggunakan gas nelayan cukup mengeluarkan anggaran Rp25 ribu saja," tuturnya.

Dalam pandangan Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kubu Raya, Bachtiar, terobosan tersebut sangat disambut baik, karena akan membantu masyarakat di tengah kesulitan BBM saat ini.

Bachtiar menuturkan pembuatan perahu bermotor dengan BBG tersebut bisa dibarengi dengan membuat pangkalan gas di lokasi strategis untuk nelayan, sehingga para nelayan tidak kesulitan mencari gas ketika gas tersebut habis. "Jangan sampai gas juga menjadi langka di pasaran, dan harganya tidak stabil," tuturnya.

Agung, 34, salah seorang nelayan dari Kecamatan Sungai Kakap mengaku sangat menyambut baik apa yang dilakukan pemerintah Kubu Raya. Dia berharap bisa segera menggunakan gas elpiji sebagai pengganti BBM pada perahu bermotornya.

Di mata nelayan kecil seperti Buyung, rekan Agung, yang berdomisili di Kecamatan Sungai Kakap, berharap pemerintah Kubu Raya bisa selau berpihak pada wong cilik.

"Kita tunggu lah terobosan pemerintah Kubu Raya itu, mudah-mudahan dengan menggunakan BBG pada perahu bermotor, kehidupan kami bisa lebih baik. Kalau pemerintah berpihak kepada rakyat, tentu kami akan sangat berterimakasih," kata Buyung.

Foto-Foto Dokumentasi Percobaan BBG

(R)

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012