Denpasar (ANTARA Kalbar) - I Ketut Budiana (60), seniman kelahiran Ubud, Gianyar, yang sukses menggelar pameran seni lukis ke mancanegara menerbitkan buku autobiografi dalam bahasa Inggris.

"Naskah yang ditulis John Catau, budayawan asal Prancis sejak beberapa tahun menetap di Bali sudah hampir rampung,"  kata Ketut Budiana di Ubud. Jumat.

Ia mengatakan, sedangkan sejumlah lukisan yang akan melengkapi buku tersebut sedang diseleksi, dengan harapan dalam waktu dekat sudah terpilih.

"Pencetakan buku itu masih dalam pembahasan bersama penulisnya apakah di Bali atau di Inggris, karena ada pihak sponsor di negara itu yang sanggup membiayainya," ujar Ketut Budiana.

Budiana menambahkan, pada awalnya merencanakan menerbitkan buku autobiografi itu dalam tiga bahasa, selain bahasa Inggris juga bahasa Jepang dan bahasa Indonesia.

Dengan pertimbangan dan diputuskan tahap pertama mencetak buku dalam bahasa Inggris dan pencetakan dalam bahasa Jepang dan Indonesia akan dilakukan menyusul.

Buku tersebut menguraikan tentang proses berkesenian yang digelutinya sejak usia sekolah dasar itu, digarap secara apik dan profesional serta dicetak di kertas bermutu, harapannya mutu buku tidak kalah dengan buku-buku yang diterbitkan di negara-negara maju.

Hal itu dilakukan untuk mengimbangi pameran lukisan dilakukan ke sejumlah negara, khususnya ke Jepang yang dilakukan hampir setiap tahun, tutur pensiunan guru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) Batubulan, Gianyar.

Lukisan sentuhan tangan terampil Ketut Budiana selama ini banyak menjadi koleksi pencinta karya seni, kolektor, museum dan galeri di dalam maupun mancanegara.

"Buku akan dicetak dengan tebal lebih dari 300 halaman itu diharapkan mampu memperkuat dan menambah kepercayaan terhadap karya-karya seni yang dihasilkan," harap Ketut Budiana yang terus beraktivitas dalam karya kanvas.

Sosok seniman andal kelahiran Padangtegal, perkampungan seniman Ubud itu  berasal dari keluarga berlatarbelakang seni, karena orang tua dan kakeknya adalah seniman serba bisa, baik dalam bidang tabuh, tari Bali dan membuat patung.

Dalam proses berkreativitas yang digeluti lebih dari 50 tahun itu mampu menjadikan dirinya menjadi seorang seniman kanvas, mewakili dari hakekat ketimuran,  seperti diungkapkan  Dr Jean Couteau, pengamat seni rupa dan budaya Bali asal Prancis yang selama 22 tahun menetap di Bali.

Sosok Ketut Budiana dalam karya-karyanya menurut Jean Couteau berangkat dari tradisi Bali telah melampaui batas hingga menjadi renungan filsafat modern, sehingga sanggup meneruskan tradisi seni religius Pulau Dewata.

Pria yang pernah mengenyam pendidikan di Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) itu juga mampu membuat patung untuk dekorasi pura, termasuk "membidani" lahirnya perangkat upakara pengabenan (pembakaran jenazah khas Bali) seperti lembu, bade dan lain-lain.

Dalam proses karya seni, ayah dari empat putra dan putri itu mengaku, selalu mengawali dengan "deditasi" yakni pemusatan pikiran, dilanjutkan dengan proses penggarapan.

Media yang digunakan juga unik dan langka yakni berupa pelepah pisang, namun mampu mengubahnya menjadi sebuah karya seni yang bermutu dan memiliki ciri khas tersendiri.

Meskipun sanggup membuat lukisan maupun puluhan rangda yang disakralkan umat sejumlah desa di Gianyar, pria yang pernah berguru kepada Rodolof Bonnet itu tidak pernah menempatkan dirinya sebagai pencipta.

Bahkan dalam beberapa tahun belakangan bahan yang digunakan selain pelepah pisang dipadukan dengan kertas yang secara khusus didatangkan dari Jepang (wasi) dan Eropa, ujar Ketut Budiana.

(I006)

Pewarta:

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012