Pontianak (ANTARA Kalbar) - Perempuan mendominasi penyandang buta aksara di Kalimantan Barat dengan jumlah 10.203 orang untuk usia 15 tahun ke atas, kata Kepala Biro Sosial Sekretariat Daerah Kalimantan Barat Susanto Tri Nugroho.
"Untuk laki-laki, 4.596 orang dari total penduduk usia 15 tahun ke atas," kata Susanto Tri Nugroho yang mewakili Gubernur Kalbar Cornelis pada rapat kerja Badan Kerja Sama Organisasi Wanita Kalbar tahun 2012 di Pontianak, Jumat.
Ia menambahkan, tingginya perbedaan tersebut salah satunya dipengaruhi budaya masyarakat dan faktor ekonomi. Selain itu, karena pengaruh geografis dan penyebaran penduduk yang tidak merata.
"Kondisi itu terlihat dari angka buta aksara di pedesaan lebih tinggi dibanding perkotaan," kata dia.
Susanto Tri Nugroho melanjutkan, hal itu menjadi salah satu tantangan bagi BKOW mengingat ada 46 organisasi wanita dengan berbagai latar belakang kegiatan dan profesi.
"BKOW juga punya tanggung jawab antara lain ikut melaksanakan dan meningkatkan perannya dalam pembangunan pemberdayaan perempuan," kata dia.
Wakil Ketua Dewan Penasihat BKOW Provinsi Kalbar, Karyanti Sanjaya mengatakan, harus disadari bahwa kondisi kehidupan perempuan Indonesia dalam keluarga, komunitas dan politik telah mengalami kemajuan pesat.
"Namun, masih tetap ada ketidaksetaraan dalam akses dan perolehan manfaat dalam pendidikan, kesempatan kerja dan status sosial, serta pendapatan dan kekuasaan," ujar Karyanti Sanjaya.
Oleh sebab itu, lanjut dia, pemberdayaan dan penegakan hak-hak perempuan di berbagai ranah kehidupan tetap menjadi agenda penting.
Ia mengakui, sejumlah mekanisme dan kebijakan telah dibuat pemerintah untuk mengurangi kesenjangan tersebut.
Namun, ia menegaskan, cita-cita untuk menghapus kesenjangan gender itu akan sulit diraih kalau hanya mengandalkan inisiatif pemerintah.
(T011)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
"Untuk laki-laki, 4.596 orang dari total penduduk usia 15 tahun ke atas," kata Susanto Tri Nugroho yang mewakili Gubernur Kalbar Cornelis pada rapat kerja Badan Kerja Sama Organisasi Wanita Kalbar tahun 2012 di Pontianak, Jumat.
Ia menambahkan, tingginya perbedaan tersebut salah satunya dipengaruhi budaya masyarakat dan faktor ekonomi. Selain itu, karena pengaruh geografis dan penyebaran penduduk yang tidak merata.
"Kondisi itu terlihat dari angka buta aksara di pedesaan lebih tinggi dibanding perkotaan," kata dia.
Susanto Tri Nugroho melanjutkan, hal itu menjadi salah satu tantangan bagi BKOW mengingat ada 46 organisasi wanita dengan berbagai latar belakang kegiatan dan profesi.
"BKOW juga punya tanggung jawab antara lain ikut melaksanakan dan meningkatkan perannya dalam pembangunan pemberdayaan perempuan," kata dia.
Wakil Ketua Dewan Penasihat BKOW Provinsi Kalbar, Karyanti Sanjaya mengatakan, harus disadari bahwa kondisi kehidupan perempuan Indonesia dalam keluarga, komunitas dan politik telah mengalami kemajuan pesat.
"Namun, masih tetap ada ketidaksetaraan dalam akses dan perolehan manfaat dalam pendidikan, kesempatan kerja dan status sosial, serta pendapatan dan kekuasaan," ujar Karyanti Sanjaya.
Oleh sebab itu, lanjut dia, pemberdayaan dan penegakan hak-hak perempuan di berbagai ranah kehidupan tetap menjadi agenda penting.
Ia mengakui, sejumlah mekanisme dan kebijakan telah dibuat pemerintah untuk mengurangi kesenjangan tersebut.
Namun, ia menegaskan, cita-cita untuk menghapus kesenjangan gender itu akan sulit diraih kalau hanya mengandalkan inisiatif pemerintah.
(T011)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012