Jakarta (ANTARA Kalbar/Reuters) - Likedin Corp bekerjasama dengan FBI untuk mengurai kasus pencurian 'password' dari 6,4 juta anggota situs sosial untuk pencari kerja dan profesional.

Menurut juru bicara perusahaan Hani Durzy, LikedIn tidak mengetahui akun-akun yang berpindah tangan akibat pencurian 'password' itu.

Sementara juru bicara FBI menolak berkomentar.

Investigasi atas kasus ini masih berada di tahap awal.

Durzy juga menjelaskan bahwa mereka belum mengetahui apakah alamat surat elektronik (email) yang digunakan dalam akun LikedIn yang teretas 'password'nya juga telah tercuri.

Pada Rabu, LinkedIn mengkonfirmasi bahwa jutaan 'password' telah tercuri.

Perusahaan itu mengatakan pada Kamis waktu setempat bahwa mereka akan menginstruksikan kepada penggunanya untuk me'reset' ulang 'password'. Perusahaan mengirim surat elektronik kepada anggota yang teretas bagaimana cara penggantiannya.

Beberapa ahli keamanan internet mengatakan bahwa 'password' LinkedIn yang tercuri tidak aman dan perusahaan tersebut tidak mempraktikkan langkah yang sudah digunakan 'website-website' terbesar di dunia.

Saat ditanya mengenai kritik tersebut, Durzy mengatakan LikedIn sudah memperkuat keamanan data.

"Kami menempatkan kemanan data anggota dalam prioritas utama," kata dia.

Di tempat lain, situs layanan kencan online 'eHarmony' mengingatkan pada Rabu waktu setempat bahwa beberapa 'password' telah tercuri.

Data pribadi dari situs tersebut sangat sensitif sehingga jika dibuka ke publik akan membuat anggotanya malu, kata beberapa ahli.

Serangan terhadap LinkedIn ini berlangsung tidak lama setelah beberapa situs lain juga mengalami hal yang serupa.

(G005)

Pewarta:

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012