Tokyo (Antara Kalbar/Xinhua-OANA) - Beberapa peneliti Jepang baru-baru ini mengumumkan satu jenis kerang yang disebut Thais clavigera menghilang dari daerah pantai 30 kilometer di dekat pembangkit listrik tenaga nuklir yang lumpuh di Jepang, Fukushima Daiichi.

Para peneliti dari Lembaga Nasional Jepang bagi Kajian Lingkungan Hidup dan Instute Nasional Ilmu Radiologi melakukan studi pada April lalu mengenai status hidup kerang di 43 tempat dari Prefektur Chiba  sampai Prefektur Iwate di Jepang selama empat bulan.

Tim itu mendapati Thais clavigera hilang di delapan dari 10 tempat di dalam radius zona siaga 20-kilometer dari pembangkit listrik tenaga nuklir. Instalasi tersebut rusak akibat terjangan tsunami pada Maret 2011 dan memicu bencana nuklir terburuk di dunia sejak Chernobyl pada 1986.

Spesies kerang lain, seperti Cellana grata, ditemukan di zona siaga tapi jumlahnya merosot, dan terdapat dosis tinggi bahan radioaktif di dalam tubuhnya, kata para peneliti itu sebagaimana diberitakan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin malam.

Thais clavigera, sejenis kerang yang hidup di daerah luas di seluruh Jepang, ditemukan di kebanyakan tempat yang telah diteliti, termasuk 25 dari 33 tempat di luar zona siaga, kata para peneliti tersebut.

Toshihiro Horiguchi, peneliti dari Lembaga Lingkungan Hidup dan pemimpin tim itu, mengatakan jarang terjadi bahwa Thais clavigera menghilang sama sekali dari daerah sepanjang 30 kilometer. Ia menambahkan kepunahan tersebut barangkali disebabkan oleh krisis nuklir.

Kaitan antara hilangnya kerang itu dan bencana tsunami tak dimasukkan ke dalam kemungkinan sebab kerang tersebut juga ditemukan di beberapa daerah lain yang terpengaruh oleh bencana itu, kata tim tersebut.

Para peneliti itu menyampaikan laporan mereka dalam pertemuan tahunan Masyarakat Ilmu Pengetahuan Perikanan Jepang pada Rabu lalu (27/3). Mereka juga akan melakukan kajian lebih lanjut mengenai hubungan antara kepunahan Thais clavigera dan krisis nuklir.

    (Chaidar)

Pewarta:

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013