Yogyakarta (Antara Kalbar) - Bakteri Wolbachia mampu mengendalikan replikasi virus dengue dalam tubuh vektor Aedes aegypti, kata Peneliti Utama Eliminate Dengue Project Yogyakarta Eggi Arguni.
"Wolbachia merupakan bakteri alami yang mampu menghambat virus dengue di tubuh nyamuk Aedes aegypti sehingga virus dengue tidak bisa ditularkan ke manusia," katanya di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia, Wolbachia terdapat secara alami pada 70 persen tubuh serangga di bumi, termasuk berbagai jenis serangga yang biasa menggigit manusia. Bakteri itu hanya hidup dalam sel serangga dan diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui telur.
"Wolbachia aman bagi manusia dan lingkungan. Selama ini, manusia berinteraksi dengan serangga ber-Wolbachia seperti kutu beras, kupu-kupu, laba-laba, dan lalat buah," kata dosen FK UGM itu.
Ia mengatakan, kini, EDP Yogyakarta fokus memproduksi nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia melalui metode kawin silang.
Untuk keperluan kawin silang tersebut pihaknya mengimpor telur nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia dari Australia yang merupakan negara yang telah berhasil membiakkan dan melepas ke alam liar nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia.
"Saat ini, kami berupaya melakukan kawin silang antara nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia Australia dan nyamuk Aedes aegypti Yogyakarta sehingga akan didapatkan keturunan 100 persen nyamuk Aedes aegypti Wolbachia Yogyakarta," katanya.
Menurut dia, dari penelitian yang dilakukan sejak 2010, EDP Yogyakarta telah menghasilkan delapan strain Aedes aegypti Wolbachia. Namun, yang digunakan saat ini adalah dari strain WPOPYOG (wMelPop) dan WMELYOG (wMel), sedangkan enam lainnya masih merupakan kultur.
"Nyamuk Aedes Aegypti tanpa Wolbachia bisa menghasilkan sebanyak 20.000 copy virus demam berdarah dengue (DBD), sedangkan dengan Wolbachia hanya menghasilkan 500 copy virus dengue," katanya.
Ia mengatakan bahwa nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia mampu menghambat penularan virus DBD ke manusia dengan cara menggigit orang yang tertular dengue.
Nyamuk tersebut akan mencerna darah yang mengandung virus dengue dengan menghalangi pertumbuhan virus dengue, kemudian menggigit orang lain. Selanjutnya, orang yang terkena gigitan nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia tidak akan tertular dengue.
"Dengan cara tersebut diharapkan dapat dipakai sebagai strategi alternatif untuk menurunkan transmisi atau penularan dengue kepada manusia," katanya.
Menurut dia, pada bulan September 2013, rencananya dilakukan pelepasliaran Aedes aegypti lokal ber-Wolbachia di beberapa lokasi terpilih di Yogyakarta.
Saat nyamuk-nyamuk tersebut kawin dengan nyamuk biasa, maka Wolbachia akan diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya sampai semua nyamuk di lingkungan itu mengandung Wolbachia.
"Jika semua nyamuk Aedes aegypti telah ber-Wolbachia, nyamuk-nyamuk itu tidak akan mampu menularkan virus dengue dari satu manusia ke manusia lain," katanya.
Ia mengatakan, pada penelitian awal, akan dilakukan pelepasliaran nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia di beberapa lokasi penelitian di Kabupaten Bantul dan Sleman, DIY.
Untuk Kabupaten Bantul akan dilakukan di Dusun Jomblangan dan Dusun Singosaren Kecamatan Banguntapan, sedangkan Kabupaten Sleman di Dusun Kronggahan 1, Kronggahan 2, Karang Tengah, Ponowaren, Mlangi, Nusupan, dan Biru.
"Saat ini, kami masih menunggu izin dan persetujuan dari pemerintah untuk melakukan pelepasliaran nyamuk Aedes aegypti lokal ber-Wolbachia," katanya.
D.Dj. Kliwantoro
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
"Wolbachia merupakan bakteri alami yang mampu menghambat virus dengue di tubuh nyamuk Aedes aegypti sehingga virus dengue tidak bisa ditularkan ke manusia," katanya di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia, Wolbachia terdapat secara alami pada 70 persen tubuh serangga di bumi, termasuk berbagai jenis serangga yang biasa menggigit manusia. Bakteri itu hanya hidup dalam sel serangga dan diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui telur.
"Wolbachia aman bagi manusia dan lingkungan. Selama ini, manusia berinteraksi dengan serangga ber-Wolbachia seperti kutu beras, kupu-kupu, laba-laba, dan lalat buah," kata dosen FK UGM itu.
Ia mengatakan, kini, EDP Yogyakarta fokus memproduksi nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia melalui metode kawin silang.
Untuk keperluan kawin silang tersebut pihaknya mengimpor telur nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia dari Australia yang merupakan negara yang telah berhasil membiakkan dan melepas ke alam liar nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia.
"Saat ini, kami berupaya melakukan kawin silang antara nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia Australia dan nyamuk Aedes aegypti Yogyakarta sehingga akan didapatkan keturunan 100 persen nyamuk Aedes aegypti Wolbachia Yogyakarta," katanya.
Menurut dia, dari penelitian yang dilakukan sejak 2010, EDP Yogyakarta telah menghasilkan delapan strain Aedes aegypti Wolbachia. Namun, yang digunakan saat ini adalah dari strain WPOPYOG (wMelPop) dan WMELYOG (wMel), sedangkan enam lainnya masih merupakan kultur.
"Nyamuk Aedes Aegypti tanpa Wolbachia bisa menghasilkan sebanyak 20.000 copy virus demam berdarah dengue (DBD), sedangkan dengan Wolbachia hanya menghasilkan 500 copy virus dengue," katanya.
Ia mengatakan bahwa nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia mampu menghambat penularan virus DBD ke manusia dengan cara menggigit orang yang tertular dengue.
Nyamuk tersebut akan mencerna darah yang mengandung virus dengue dengan menghalangi pertumbuhan virus dengue, kemudian menggigit orang lain. Selanjutnya, orang yang terkena gigitan nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia tidak akan tertular dengue.
"Dengan cara tersebut diharapkan dapat dipakai sebagai strategi alternatif untuk menurunkan transmisi atau penularan dengue kepada manusia," katanya.
Menurut dia, pada bulan September 2013, rencananya dilakukan pelepasliaran Aedes aegypti lokal ber-Wolbachia di beberapa lokasi terpilih di Yogyakarta.
Saat nyamuk-nyamuk tersebut kawin dengan nyamuk biasa, maka Wolbachia akan diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya sampai semua nyamuk di lingkungan itu mengandung Wolbachia.
"Jika semua nyamuk Aedes aegypti telah ber-Wolbachia, nyamuk-nyamuk itu tidak akan mampu menularkan virus dengue dari satu manusia ke manusia lain," katanya.
Ia mengatakan, pada penelitian awal, akan dilakukan pelepasliaran nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia di beberapa lokasi penelitian di Kabupaten Bantul dan Sleman, DIY.
Untuk Kabupaten Bantul akan dilakukan di Dusun Jomblangan dan Dusun Singosaren Kecamatan Banguntapan, sedangkan Kabupaten Sleman di Dusun Kronggahan 1, Kronggahan 2, Karang Tengah, Ponowaren, Mlangi, Nusupan, dan Biru.
"Saat ini, kami masih menunggu izin dan persetujuan dari pemerintah untuk melakukan pelepasliaran nyamuk Aedes aegypti lokal ber-Wolbachia," katanya.
D.Dj. Kliwantoro
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013