Jakarta (Antara Kalbar) - Pakar Komunikasi Politik Universitas Airlangga Henry Subiakto, mengatakan keluarga berpengaruh besar terhadap sikap politik para pemilih pemula untuk menentukan pilihan pada Pemilihan Umum 2014.
"Menurut penelitian di Amerika Serikat, sosialisasi pemilu oleh keluarga terutama ayah itu berpengaruh 70 persen terhadap pemilih pemula," ujar Henry Subiakto saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Henry mengatakan ayah memiliki pengaruh yang lebih besar daripada ibu karena dinilai lebih mengenal dan mengetahui politik dibanding ibu.
Oleh karena itu, lanjut Henry, berbagai hal terkait politik, termasuk sosialisasi pemilu, dapat dilakukan dengan memberikan informasi yang lengkap kepada anggota keluarga.
Sehingga, Henry mengemukakan, tingkat golongan putih (golput) atau pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya di kalangan pemilih pemula dapat diantisipasi sejak dini.
Lebih jauh Henry mengatakan bahwa tingkat partisipasi pemilih pemula juga dipengaruhi oleh dua hal, yaitu ideologi logis dan ideologi fragmatis.
"Ideologi logis misalnya seseorang merasa kecewa karena suara yang diberikan tidak dapat diperjuangkan dengan baik. Sementara ideologi pragmatis lebih kepada pemikiran bahwa memilih atau tidak memilih tidak memengaruhi kesejahteraan diri," ujar Henry.
Dalam hal ini, lanjut Henry, sikap politik pemilih pemula akan cenderung mengarah pada ideologi fragmatis, karena berkaitan langsung dengan kehidupan mereka.
Henry mengatakan, apabila struktur politik yang ada saat ini betul-betul mampu mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat dan negara, maka pemilih pemula akan bergairah untuk menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 2014.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
"Menurut penelitian di Amerika Serikat, sosialisasi pemilu oleh keluarga terutama ayah itu berpengaruh 70 persen terhadap pemilih pemula," ujar Henry Subiakto saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Henry mengatakan ayah memiliki pengaruh yang lebih besar daripada ibu karena dinilai lebih mengenal dan mengetahui politik dibanding ibu.
Oleh karena itu, lanjut Henry, berbagai hal terkait politik, termasuk sosialisasi pemilu, dapat dilakukan dengan memberikan informasi yang lengkap kepada anggota keluarga.
Sehingga, Henry mengemukakan, tingkat golongan putih (golput) atau pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya di kalangan pemilih pemula dapat diantisipasi sejak dini.
Lebih jauh Henry mengatakan bahwa tingkat partisipasi pemilih pemula juga dipengaruhi oleh dua hal, yaitu ideologi logis dan ideologi fragmatis.
"Ideologi logis misalnya seseorang merasa kecewa karena suara yang diberikan tidak dapat diperjuangkan dengan baik. Sementara ideologi pragmatis lebih kepada pemikiran bahwa memilih atau tidak memilih tidak memengaruhi kesejahteraan diri," ujar Henry.
Dalam hal ini, lanjut Henry, sikap politik pemilih pemula akan cenderung mengarah pada ideologi fragmatis, karena berkaitan langsung dengan kehidupan mereka.
Henry mengatakan, apabila struktur politik yang ada saat ini betul-betul mampu mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat dan negara, maka pemilih pemula akan bergairah untuk menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 2014.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013