Sintang (Antara Kalbar) - Kepala Bidang Hubungan Antar Lembaga Badan Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Sintang, Kurniawan mengungkapkan partisipasi masyarakat Kabupaten Sintang dalam pemilu sejak era reformasi terus menurun.

Dia menegaskan menurunnya partisipasi masyarakat dalam pemilu karena menurunnya kepercayaan masyarakat pada partai politik.

Kurniawan mengungkapkan pada pemilu legislatif tahun 2004, partisipasi masyarakat dalam pemilu tersebut 88,12 persen. Partisipasi ini menurun pada Pileg 2009 menjadi 86,35 persen. Pada Pilkada Bupati Sintang tahun 2010, partisipasi masyarakat dalam Pilkada hanya 83 persen dan partisipasi ini kembali menurun pada Pilgub 2012, dengan tingkat partisipasi hanya 78,8 persen.

Tingkat golput dalam pemilu 2014 diprediksi bakal meningkat. Tren golput ini mulai meningkat sejak awal era reformasi hingga sekarang. Pada pemilu legislatif tahun 1999 lalu, angka golput mencapai 6,4 persen. Tahun 2004 meningkat menjadi 15,9 persen dan tahun 2009 mencapai angka 29,1 persen.

“Diprediksi angka golput di pemilu legislatif 2014 mendatang angka golput bisa mencapai 50 persen lebih,” ungkapnya.

Kurniawan menilai penurunan tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu disebabkan dua hal yaitu karena kepercayaan dan pemahaman. Untuk pemahaman, dia yakin masyarakat Sintang sudah memiliki pemahaman yang baik bahwa pemilu itu penting. Tapi titik lemahnya pada kepercayaan masyarakat terhadap partai politik dan politisi yang ada di partai politik tersebut.

“Semakin menurunnya kepercayaan masyarakat inilah yang menyebabkan tingkat golput semakin tinggi. Masyarakat mulai berpendapat memilih atau tidak memilih dalam pemilu tetap tidak akan berdampak pada kehidupannya,” tutur Kurniawan.

Dia menilai menurunnya tingkat partisipasi masyarakat ini menjadi tugas parpol untuk kembali membangun kepercayaan di hati masyarakat. Untuk itu, parpol diharapkan bisa menyiapkan kader-kader politiknya yang bisa membangun kepercayaan masyarakat terhadap pemilu.

“Parpol yang mendapat kursi di legislatif juga telah mendapatkan bantuan dana dari pemerintah untuk melaksanakan pendidikan politik ke masyarakat. Karenanya tugas pendidikan politik bagi masyarakat merupakan tugas parpol,” katanya.

Ia juga mengingatkan tingginya tingkat golput menjadi "warning" (peringatan) bagi semua pihak mulai dari KPU, Panwas dan Parpol yang menjadi peserta pemilu. Dia mengungkapkan awalnya golput dipahami pada tingkatan deskripsi yaitu tidak menggunakan hak pilih, tidak terdaftar atau alasan teknis lainnya. Tapi tren golput sekarang ini sudah berkembang pada tingkat evaluasi seperti tidak puas dengan kualitas partai politik dan calon angggota perwakilan yang ada.

“Jika melihat hasil survei sementara LSI pada Februari 2012 kemarin, ditemukan fakta lebih dari 50 persen responden berpotensi tidak akan memilih pada pemilu legislatif 2014,” ujarnya.

Dikatakannya, hanya 49 persen responden saja yang sudah mantap menentukan pilihan. Kondisi ini, lanjut Sekda sangat mengkhawatirkan bagi pelaksanaan pemilu 2014 mendatang. “Karena itu, masalah ini harus menjadi perhatian semua pihak termasuk di Kabupaten Sintang,” tegasnya.

Pewarta: Tantra Nur Andi

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013