Nunukan (Antara Kalbar) - Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal dan Universitas Mulawarman bekerja sama dalam pengembangan ubi kayu atau singkong di wilayah perbatasan Kalimamtan Timur dan Kalimantan Utara.

Kerja sama ini, kata Deputi Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian PDT RI, Dr Ir Suprayoga Hadi di Nunukan, Kamis, berkenaan masih banyaknya lahan-lahan yang belum dikelola secara baik atau dibiarkan tak terjamah.

Oleh karena itu, melihat potensi tersebut maka kementerian ini berupaya melakukan suatu terobosan dengan pengembangan ubi kayu yang dianggap sangat layak untuk dibudidayakan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah perbatasan dengan pemberdayaan lahan tidur, katanya.

Pada kesempatan berbeda, Prof Dr Hartutiningsih dari Universitas Mulawarman membenarkan adanya kerja sama tersebut dalam bentuk pengembangan ubi kayu dan tanaman lainnya yang dianggap sangat layak dikembangkan di atas lahan di sejumlah daerah yang berada di kawasan perbatasan antar negara seperti Kutai Barat, Malinau dan Kabupaten Nunukan sendiri.

Dosen Fisipol Unmul ini menjelaskan, dipilihnya ubi kayu karena dianggap bahan baku yang dapat diolah dalam berbagai bentuk makanan dan juga berpotensi ekspor.

Apabila ubi kayu telah berkembang maka tentunya tidak mengimpor lagi ubi kayu dari negara lain sebagai bahan baku tepung dan lain-lainnya, ujar Hartutiningsih.

"Jadi dipilihnya pengembangan ubi kayu di wilayah perbatasan, karena dianggap dapat menjadi bahan baku berbagai jenis makanan," beber Ketua Unit Pelaksana Teknis Pusat Pengembangan Pedesaan Unmul.

Pengolahan ini, lanjut dia, melalui rekayasa teknologi yang disesuaikan dengan minat lokal daerah tersebut.

Menurut Hartutiningsih, program pengembangan ubi kayu di kawasan perbatasan dalam tahap pengusulan ke pemerintah pusat dengan menggunakan bibit yang sesuai dengan struktur dan kondisi tanah di daerah masing-masing.

Kemudian luas lahan yang direncanakan untuk pengembangan ubi kayu pada ketiga daerah di wilayah perbatasan itu, dia mengatakan minimal dua hektare per orang melalui kelompok.

Ia juga menyampaikan bahwa sebenarnya bukan hanya tanaman ubi kayu yang akan dikembangkan pada lahan tidur di wilayah perbatasan tetapi juga kelapa sawit dan kakao.

Pengembangan ubi kayu ini, kata Hartutiningsih telah diujicobakan di Kabupaten Paser dengan kualitas dan produksi yang sangat memuaskan.

Pewarta: M Rusman

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013