London (Antara Kalbar) - Badan Pangan Dunia (FAO) menilai Indonesia dapat menjadi contoh dan perhatian negara-negara di dunia karena berhasil meletakkan dasar pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di daerah terpencil, agar tercipta masa depan yang bebas dari kelaparan.
Hal ini disampaikan Deputi Dirjen FAO bagian Ilmu Pengetahuan, Maria Helena Semedo, ketika menerima kunjungan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Helmi Faishal Zaini di Markas FAO di Roma, demikian keterangan Pensosbud KBRI Roma yang diterima ANTARA London, Kamis.
"Kepemimpinan negeri Anda dalam memformulasi dan menyelenggarakan program pengurangan kemiskinan dan meniadakan kelaparan, menunjukkan komitmen yang kuat dan dedikasi tinggi dalam melaksanakan program-program mengeliminasi kelaparan," ucap Semedo mewakili Dirjen FAO Graziano da Silva yang sedang melakukan kunjungan kerja ke Afrika.
Semedo menyatakan FAO dan Organisasi Buruh Internasional (ILO) merasa bangga menjadi mitra dari Kementerian PDT dalam usaha mengurangi kemiskinan dan meniadakan kelaparan penduduk di Indonesia, secara khusus membantu penduduk di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
FAO siap memobilisasi para ahlinya dan berbagi pengalaman untuk secara efektif mendukung program PDT melalui kemitraan.
FAO akan mempelajari masalah yang dihadapi untuk mendapatkan cara terbaik agar masyarakat bisa meningkatkan kemampuan untuk berkarya dan berkesempatan berwiraswasta.
Pada saat yang sama memberdayakannya dan membekali mereka akan pengetahuan di bidang kesehatan dan pendidikan. Namun ia menyatakan pula semua itu perlu dukungan pemerintah provinsi dan kabupaten.
Kementerian PDT melakukan koordinasi dan kerja sama dengan FAO dan ILO dalam rangka percepatan pembangunan daerah tertinggal pada satu provinsi di Indonesia, yaitu Nusa Tenggara Timur (NTT). Seluruh kabupaten di provinsi itu dikategorikan tertinggal.
Usaha mengurangi kemiskinan dan menghilangkan kelaparan di empat kabupaten sebagai "pilot location" yakni Kupang, Belu, Timor Tengah Utara dan Sumba Timur. Pengembangan di empat kabupaten itu akan difokuskan pada tiga komoditas unggulan, yakni jagung, ternak sapi dan rumput laut.
Program yang merupakan hasil kerja sama antara kementerian PDT, FAO dan ILO ditargetkan terlaksana dalam tiga tahun mulai tahun 2014 hingga 2016.
Kegiatan ini akan membutuhkan dana sebesar 14,4 juta dolar AS, namun Kementerian PDT hanya mampu mengalokasikan anggaran berkisar 7,2 juta dolar AS.
Pada kesempatan itu, Menteri Helmi Faishal Zaini menyumbangkan beberapa karya fotonya di daerah tertinggal di Indonesia serta sejumlah kain tenun untuk dipajang di Ruang Indonesia di Markas FAO di Roma.
Ruang Indonesia sendiri mendapat perhatian besar karena dindingnya terbuat dari kayu dengan ukiran hasil kerja pengrajin di Jepara, demikian keterangan dari Bagian Penerangan KBRI Roma.
FAO: RI Contoh Untuk Pemberdayaan Masyarakat Daerah Terpencil
Kamis, 7 November 2013 11:34 WIB