Jakarta (Antara Kalbar) - Asian Muslim Action Network (AMAN/Jaringan Aksi Muslim Asia) menyerukan pemahaman antar-Muslim terkait konflik di berbagai daerah dan terkini adalah pertikaian Sunni-Syiah di Jawa Timur.
"Kami menyerukan agar sesama Muslim tidak saling menghakimi perbedaan dalam mempraktikkan Islam. Hanya Allah yang memiliki kuasa untuk menghakimi dan hari penghakiman adalah milik-Nya sendiri," kata perwakilan Indonesia untuk AMAN Ruby Khalifah di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan penghakiman itu seperti tindakan kekerasan masyarakat terhadap kaum Syiah dengan motif penghakiman karena dianggap sesat.
"Padahal Syiah dan Sunni itu sama-sama Muslim, keduanya percaya Allah, Nabinya Muhammad, satu kitab Al Quran, sama tentang pemahaman hari kiamat dan satu kiblat shalat," katanya.
AMAN juga menyerukan agar Muslim berpegang pada prinsip keimanan dan praktik perbedaan.
"Menilik Al Quran, Sunni dan Syiah diperintahkan agar semua berpegang teguh kepada tali agama Allah sebagaimana tertuang di dalam Al Quran, bukan saling bertikai," katanya.
Selanjutnya, Aman menyeru kepada para ulama, intelektual dan Muslim lain agar lebih terlibat aktif dalam dialog intraagama dengan saling menghormati.
"Penyelesaian konflik juga sebaiknya difasilitasi oleh pihak luar yang netral," katanya.
Informasi yang digali Antara dari masyarakat Omben (Sampang) dan Puger (Jember) menyebutkan bahwa akar masalah konflik di wilayahnya bukan Sunni-Syiah.
Konflik yang ada dipicu persaingan antartokoh agama setempat, namun akhirnya melibatkan masyarakat atau pengikutnya, padahal masyarakat Omben tidak terlalu paham Syiah dan masyarakat Puger juga membaur antara Sunni dan Syiah.
Oleh karena itu, solusi konflik itu bukan melakukan dialog antarmasyarakat yang berbeda paham itu, melainkan justru mempertemukan para tokoh yang memicu konflik itu yakni Tajul Muluk dan Rois Alhukama di Sampang serta Ustadz Fauzi dan Habib Ali di Jember.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
"Kami menyerukan agar sesama Muslim tidak saling menghakimi perbedaan dalam mempraktikkan Islam. Hanya Allah yang memiliki kuasa untuk menghakimi dan hari penghakiman adalah milik-Nya sendiri," kata perwakilan Indonesia untuk AMAN Ruby Khalifah di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan penghakiman itu seperti tindakan kekerasan masyarakat terhadap kaum Syiah dengan motif penghakiman karena dianggap sesat.
"Padahal Syiah dan Sunni itu sama-sama Muslim, keduanya percaya Allah, Nabinya Muhammad, satu kitab Al Quran, sama tentang pemahaman hari kiamat dan satu kiblat shalat," katanya.
AMAN juga menyerukan agar Muslim berpegang pada prinsip keimanan dan praktik perbedaan.
"Menilik Al Quran, Sunni dan Syiah diperintahkan agar semua berpegang teguh kepada tali agama Allah sebagaimana tertuang di dalam Al Quran, bukan saling bertikai," katanya.
Selanjutnya, Aman menyeru kepada para ulama, intelektual dan Muslim lain agar lebih terlibat aktif dalam dialog intraagama dengan saling menghormati.
"Penyelesaian konflik juga sebaiknya difasilitasi oleh pihak luar yang netral," katanya.
Informasi yang digali Antara dari masyarakat Omben (Sampang) dan Puger (Jember) menyebutkan bahwa akar masalah konflik di wilayahnya bukan Sunni-Syiah.
Konflik yang ada dipicu persaingan antartokoh agama setempat, namun akhirnya melibatkan masyarakat atau pengikutnya, padahal masyarakat Omben tidak terlalu paham Syiah dan masyarakat Puger juga membaur antara Sunni dan Syiah.
Oleh karena itu, solusi konflik itu bukan melakukan dialog antarmasyarakat yang berbeda paham itu, melainkan justru mempertemukan para tokoh yang memicu konflik itu yakni Tajul Muluk dan Rois Alhukama di Sampang serta Ustadz Fauzi dan Habib Ali di Jember.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013