Banjarmasin (Antara Kalbar) - Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta bakal memperketat masuknya peneliti asing ke berbagai daerah di Indonesia guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Kita akan memperketat izin masuknya kerja sama penelitian lintas negara serta masuknya peneliti asing untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan," katanya di Banjarmasin, Minggu.

Hal tersebut dilakukan, tambah Hatta, sebagai salah satu upaya untuk mencegah pengakuan hasil lembaga riset dan penelitian nasional oleh negara lain.

Menurut dia, ada beberapa kasus kerja sama lembaga penelitian nasional dengan pihak asing, ternyata setelah penelitian selesai, hasil publikasinya hanya diakui oleh negara asing tersebut, tanpa mencantumkan kerjasama dengan peneliti Indonesia.

"Hal tersebut,tentu sangat merugikan kita semua, sehingga kondisi-kondisi tersebut di atas harus dicegah dengan membuat aturan lebih jelas," katanya.

Menurut Gusti, pihaknya akan memperketat perjanjian antara lain hak dan kewajiban para peneliti asing, termasuk sanksi dan kontribusi yang bisa dihasilkan untuk negara.

Selain itu, kata dia, pihaknya juga akan melakukan sidak ke beberapa daerah dan perusahaan di Indonesia untuk memastikan keberadaan para peneliti asing, termasuk apakah mereka masuk secara legal maupun ilegal.

"Wilayah kita sangat luas dan sangat kaya dengan sumber daya alam, sehingga selalu menarik untuk menjadi obyek penelitian, sehingga pengawasan harus ditingkatkan," katanya.

Tentang jumlahnya, kata Hatta, cukup banyak, apalagi saat ini perizinan di berbagai instansi dan kementerian mulai dipermudah dengan proses perizinan terpadu atau satu atap.

Menristek juga berharap Balitbangda yang ada di kabupaten dan kota di seluruh Indonesia juga ikut mengawasi keberadaan dan kegiatan peneliti asing yang masuk di daerah masing-masing.

Kedatangan Menristek ke Kalimantan Selatan dalam rangka membuka seminar nasional Agroforestri IV nasional yang diikuti oleh ratusan peneliti dari seluruh Indonesia di Kota Banjarbarau yang dimulai pada Sabtu (26/10).

Sebelumnya, Kementerian Riset dan Teknologi mendorong pengembangan teknologi kehutanan dan pertanian (agroforestri) untuk mendukung ketahanan energi dan kesehatan.

"Kemenristek sudah menyiapkan program dalam rangka mendorong pengembangan teknologi agroforestri untuk mendukung ketahanan energi dan kesehatan," ujar Menristek.

Ia mengatakan hal itu saat menjadi pembicara utama Seminar Nasional Agroforestri ke-4 yang mengambil tema "Pengembangan Teknologi Agroforestri dan Produknya untuk Ketahanan Energi dan Pangan" (26/10).

Menurut menteri asal Kalsel itu, kemenristek telah menetapkan energi dan kesehatan sebagai bidang prioritas atau fokus pembangunan iptek dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014.

"Lima prioritas pengembangkan iptek lainnya adalah bidang pangan, pertahanan keamanan, teknologi informasi komunikasi, transportasi dan material maju," ujar mantan Menteri Lingkungan Hidup itu.

Pewarta: Ulul Maskuriah

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013