Washington (Antara/AFP) - Menteri Pertahanan Chuck Hagel yang menjadi tuan rumah wakil menteri pertahanan Arab Saudi, dan menegaskan hubungan militer AS dengan Riyadh tetap kuat kendatipun ada perbedaan menyangkut kebijakan Washington tentang Iran dan Suriah.
Kendatipun Hagel menjelaskan kepada Pangeran Salman bin Sultan bahwa AS akan melakukan diplomasinya dengan Iran, ia menegaskan tentang pentingnya kerja sama militer AS-Arab Saudi, kata seorang pejabat keamanan kepada AFP.
Arab Saudi sangat berkeberatan pada usaha-usaha Washington dan negara-negara lainnya untuk merundingkan satu perjanjian dengan Iran menyangkut program nuklirnya, tetapi "Hagel menegaskan sikap kami pada Iran tidak berubah," kata pejabat senior AS iu yang berbicara tanpa bersedia namanya disebutkan.
Pejabat itu mengatakan kedua pemimpin militer itu membicarakan ketegangan-ketegangan di kalangan negara-negara Teluk, seperti Qatar membuat marah Riyadh dan anggpta-anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) lainnya menyangkut dukungannya kepada Ikhwanul Muslimin di kawasan itu dan kelompok-kelompok garis keras di Suriah.
"Kedua pemimpin itu menegaskan kuatnya hubungan AS-Arab Saudi, dengan Hagel menekankan komitmen AS pada keamanan di kawasan itu," kata juru bicara Pentagon Laksamana Muda John Kirby kepada wartawan.
Mereka juga membicarakan tantangan-tantangan regional dan pentignya kerja sama regional dalam menangani masalah-masalah keamanan.
Pangeran Salman sebelum bertemu dengan Wakil Menlu AS William Burn dalam kunjungan pertamanya ke Washington sejak menjabat wakil menteri pertahanan, Agustus.
Putra dari putra mahkota menteri pertahanan Sultan bin Abdul Aziz yang meninggal tahun 2011, sebelumnya bertugas di kedutaan besar Arab Saudi di ibu kota AS.
Pembukaan perundingan diplomatik pemerintah Presiden Barack Obama dengan Iran dan keengganannya melakukan intervensi dalam konflik Suriah membuat frustrasi para pemimpin Arab Saudi dan menyebabkan ketegangan-ketegangan yang serius dalam aliansi strategis puluhan tahun itu.
Arab Saudi skeptis mengenai perjanjian nuklir sementara dengan Iran diruindingakn oleh negara-negara besar menganggapnya sebagai satu perbuatan yang berbahaya yang dapat membuat berani para seteru mereka yang dipimpin Syiah di Teheran.
Dan Arab Saudi sangat kecewa pada keputusan 11 jam tahun lalu untuk menolak aksi militer terhadap pemerintah Suriah.
Arab Saudi mengeluarkan miliaran dolar setiap tahun untuk kembali senjata-senjata AS tetapi para pejabat mengatakan tidak ada perjanjian khusus soal senjata dibicarakan dalam perundingan Kamis itu.
Pemerintah AS menyetujui penjualan senjata seharga lebih dari 86 miliar dolar kepada Arab Saudi sejak tahun 2010, termasuk satu armada jet tempur F-15, helikopter tempur Apache dan sejumlah rudal, baterai-baterai Patriot dan perangkat keras lainnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014
Kendatipun Hagel menjelaskan kepada Pangeran Salman bin Sultan bahwa AS akan melakukan diplomasinya dengan Iran, ia menegaskan tentang pentingnya kerja sama militer AS-Arab Saudi, kata seorang pejabat keamanan kepada AFP.
Arab Saudi sangat berkeberatan pada usaha-usaha Washington dan negara-negara lainnya untuk merundingkan satu perjanjian dengan Iran menyangkut program nuklirnya, tetapi "Hagel menegaskan sikap kami pada Iran tidak berubah," kata pejabat senior AS iu yang berbicara tanpa bersedia namanya disebutkan.
Pejabat itu mengatakan kedua pemimpin militer itu membicarakan ketegangan-ketegangan di kalangan negara-negara Teluk, seperti Qatar membuat marah Riyadh dan anggpta-anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) lainnya menyangkut dukungannya kepada Ikhwanul Muslimin di kawasan itu dan kelompok-kelompok garis keras di Suriah.
"Kedua pemimpin itu menegaskan kuatnya hubungan AS-Arab Saudi, dengan Hagel menekankan komitmen AS pada keamanan di kawasan itu," kata juru bicara Pentagon Laksamana Muda John Kirby kepada wartawan.
Mereka juga membicarakan tantangan-tantangan regional dan pentignya kerja sama regional dalam menangani masalah-masalah keamanan.
Pangeran Salman sebelum bertemu dengan Wakil Menlu AS William Burn dalam kunjungan pertamanya ke Washington sejak menjabat wakil menteri pertahanan, Agustus.
Putra dari putra mahkota menteri pertahanan Sultan bin Abdul Aziz yang meninggal tahun 2011, sebelumnya bertugas di kedutaan besar Arab Saudi di ibu kota AS.
Pembukaan perundingan diplomatik pemerintah Presiden Barack Obama dengan Iran dan keengganannya melakukan intervensi dalam konflik Suriah membuat frustrasi para pemimpin Arab Saudi dan menyebabkan ketegangan-ketegangan yang serius dalam aliansi strategis puluhan tahun itu.
Arab Saudi skeptis mengenai perjanjian nuklir sementara dengan Iran diruindingakn oleh negara-negara besar menganggapnya sebagai satu perbuatan yang berbahaya yang dapat membuat berani para seteru mereka yang dipimpin Syiah di Teheran.
Dan Arab Saudi sangat kecewa pada keputusan 11 jam tahun lalu untuk menolak aksi militer terhadap pemerintah Suriah.
Arab Saudi mengeluarkan miliaran dolar setiap tahun untuk kembali senjata-senjata AS tetapi para pejabat mengatakan tidak ada perjanjian khusus soal senjata dibicarakan dalam perundingan Kamis itu.
Pemerintah AS menyetujui penjualan senjata seharga lebih dari 86 miliar dolar kepada Arab Saudi sejak tahun 2010, termasuk satu armada jet tempur F-15, helikopter tempur Apache dan sejumlah rudal, baterai-baterai Patriot dan perangkat keras lainnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014