Jakarta (Antara Kalbar) - Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan M Romahurmuziy mengatakan, usulan agar Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menjadi calon wakil presiden bukanlah untuk mengolok-olok.
"Usulan SBY sebagai cawapres 2014 barangkali saya lah yang pertama secara serius mengusulkan pada tanggal 10 April 2014. Usulan ini jauh dari dimaksudkan untuk mengolok-olok atau merendahkan SBY yang selama 10 tahun ini telah membuktikan dirinya sebagai pecinta dan praktisi demokrasi dalam makna sejatinya," kata Romi dalam rilis yang diterima Antara, Sabtu.
Menurut dia, usulan itu secara scientific dilatari oleh sejumlah survei tak terpublikasi yang merekam bahwa elektabilitas SBY masih yang tertinggi di antara seluruh tokoh bangsa.
"Berbagai survei yang saya telaah, elektabilitas SBY antara 50-56 persen, bahkan jauh di atas kandidat tertinggi saat ini, Jokowi, yang berada pada kisaran 33-36 persen," katanya.
Ia menambahkan, usulan tersebut juga dilatari adanya kesan kebuntuan dalam mencari pasangan koalisi dari seluruh kandidat yang saat ini muncul sebagai bakal capres dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
"Usulan ini juga muncul mengingat dedikasi, pengalaman, kepiawaian berpolitik, dan kedikenalan dunia internasional seorang SBY, yang akan sangat lebih dari memadai untuk menjadi seorang wapres yang membidangi sepenuhnya urusan luar negeri," katanya.
Menurut dia, usulan tersebut juga dilatari kemungkinan lahirnya poros keempat di luar PDIP, Gerindra dan Golkar. "Sehingga saya membayangkan munculnya seorang bakal capres alternatif yang sama sekali fresh di luar seluruh nama yang beredar, jika bersama dengan SBY, betul-betul akan menjadi pasangan kandidat yg sangat diperhitungkan," katanya.
Ia menambahkan, usulan konstitusi dan praktik demokrasi modern tidak melarang hal itu. "Seperti Rusia, yang memilih Vladimir Putin mulai dari Wakil Pendana Menteri, dua kali menjabat Presiden, Perdana Menteri, dan Presiden lagi hingga saat ini. Artinya saat rakyat memilih, apapun itu hasilnya dalam demokrasi, vox populi vox dei, suara rakyat adalah suara tuhan," katanya.
Namun demikian, ia menghormati sepenuhnya tanggapan SBY atas pemikirannya. "Bagi yang tidak mengikutinya secara utuh seolah-olah seperti mengolok-olok. Apalagi usulan ini kemudian direplikasi dengan tambahan tone negatif di sejumlah media sosial yang tentu di luar rentang kendali saya," katanya.
Ia menghargai dan berterima kasih atas tanggapan terbuka SBY, yang membuktikan sebagai seorang demokrat dalam arti sesunguhnya. "Saya juga minta maaf secara pribadi kepada Pak SBY apabila wacana yang saya gulirkan menimbulkan kesan mengolok-olok atau melecehkan jabatan presiden, yang sejak semula hal tersebut sama sekali tidak diniatkan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014
"Usulan SBY sebagai cawapres 2014 barangkali saya lah yang pertama secara serius mengusulkan pada tanggal 10 April 2014. Usulan ini jauh dari dimaksudkan untuk mengolok-olok atau merendahkan SBY yang selama 10 tahun ini telah membuktikan dirinya sebagai pecinta dan praktisi demokrasi dalam makna sejatinya," kata Romi dalam rilis yang diterima Antara, Sabtu.
Menurut dia, usulan itu secara scientific dilatari oleh sejumlah survei tak terpublikasi yang merekam bahwa elektabilitas SBY masih yang tertinggi di antara seluruh tokoh bangsa.
"Berbagai survei yang saya telaah, elektabilitas SBY antara 50-56 persen, bahkan jauh di atas kandidat tertinggi saat ini, Jokowi, yang berada pada kisaran 33-36 persen," katanya.
Ia menambahkan, usulan tersebut juga dilatari adanya kesan kebuntuan dalam mencari pasangan koalisi dari seluruh kandidat yang saat ini muncul sebagai bakal capres dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
"Usulan ini juga muncul mengingat dedikasi, pengalaman, kepiawaian berpolitik, dan kedikenalan dunia internasional seorang SBY, yang akan sangat lebih dari memadai untuk menjadi seorang wapres yang membidangi sepenuhnya urusan luar negeri," katanya.
Menurut dia, usulan tersebut juga dilatari kemungkinan lahirnya poros keempat di luar PDIP, Gerindra dan Golkar. "Sehingga saya membayangkan munculnya seorang bakal capres alternatif yang sama sekali fresh di luar seluruh nama yang beredar, jika bersama dengan SBY, betul-betul akan menjadi pasangan kandidat yg sangat diperhitungkan," katanya.
Ia menambahkan, usulan konstitusi dan praktik demokrasi modern tidak melarang hal itu. "Seperti Rusia, yang memilih Vladimir Putin mulai dari Wakil Pendana Menteri, dua kali menjabat Presiden, Perdana Menteri, dan Presiden lagi hingga saat ini. Artinya saat rakyat memilih, apapun itu hasilnya dalam demokrasi, vox populi vox dei, suara rakyat adalah suara tuhan," katanya.
Namun demikian, ia menghormati sepenuhnya tanggapan SBY atas pemikirannya. "Bagi yang tidak mengikutinya secara utuh seolah-olah seperti mengolok-olok. Apalagi usulan ini kemudian direplikasi dengan tambahan tone negatif di sejumlah media sosial yang tentu di luar rentang kendali saya," katanya.
Ia menghargai dan berterima kasih atas tanggapan terbuka SBY, yang membuktikan sebagai seorang demokrat dalam arti sesunguhnya. "Saya juga minta maaf secara pribadi kepada Pak SBY apabila wacana yang saya gulirkan menimbulkan kesan mengolok-olok atau melecehkan jabatan presiden, yang sejak semula hal tersebut sama sekali tidak diniatkan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014