Ngabang (Antara Kalbar) -  Memasuki usia ke-14 tahun Kabupaten Landak masih banyak sarana pelayanan publik yang belum diperhatikan. Khususnya sarana penyediaan air bersih di dalam kota Ngabang, masyarakat  masih kesulitan karena PDAM belum mampu suplai kepada semua konsumen.

“Saya tinggal sudah empat tahun di jalan Pal 2 sampai sekarang masih beli air tanki sebulan 3 sampai 4 kali.  Kalau para pejabat teras Landak saya dengar rumah dinasnya juga masih beli air tangki, cuman kan mereka ditanggung negara. Kalau masyarakat seperti kita ini terasa berat beli air terus,”kesal Susanto Tan (61) warga yang bermukim di Pal 2 Ngabang, Jumat (13/6).

Ia menuturkan, air satu mobil tangki isinya 4000 liter dari seorang jasa angkut air dengan harga, untuk air bersih sumber gunung Rp.200 ribu, sedangkan air sungai Rp.130 ribu. Susanto hanya mampu beli yang air sungai karena untuk kebutuhan mandi dan mencuci, sedangkan untuk masak dan minum beli air gallon.

“Kami satu keluuarga tujuh orang, sehari mandi dua kali pagi dan sore. Jadi irit-irit karena air mahal, lima hari beli sekali. Tapi musim hujan terbantu, karena air kami tamping. Kata orang mandi air hujan bikin pegal badan, tapi mau gimana lagi. Air saja susah, bersyukur kalau musim hujan terus,” ungkap Susanto didampingi putrinya Lena.

Susanto hari-hari buka warung kopi dan minumannya lainnya, sehingga untuk melayani konsumen tetap menggunakan air yang bersih yaitu air galon yang dibeli dari depot air yang ada di Ngabang. “Mana berani pakai air sungai yang kita beli, kotor cukup untuk mandi dan mencuci saja,” ujar Susanto.

Daerah di Pal 2 Ngabang memang susah air bersoh, sehingga masyarakat setempat kebbanyakan masih beli air tangki untuk keperluan sehari-hari. Karena pernah membuat sumur bor, kualitas air jelek berkarat. Sehingga tidak bisa digunakan.

“Tukang buat sumur bor saja kesusahan cari sumber air, sudah pernah jelek airnya. Maka warga di kawasan Pal 2 ini masih beli air tangki. Kami berharap pemerintah bisa ambil langkah untuk masalah air bersih melalui pengembangan PDAM,” ungkap Susanto.

Senada diungkapkan Mori, warga jalan Jalur II Ngabang warga di sekitar Desa Hilir Kantor mulai Dusun Tungkul dan sekitarnya masih kesulitan air bersih. Padahal, pipa instalasi dari PDAM sudah lama dibangun, tapi sampai sekarang tidak berfungsi. “Jadi, masyarakat benar-benar sulit. Kadang ada yang nekat mandi ke sungai-sungai kecil yang masih ada. Kalau ke sungai Landak cukup jauh dan airnya sudah kotor juga akibat limbah tambang di perhuluan sungai,” ungkap Mori.

Seperti diketahui, sistem penyediaan air minum khususnya di Kota Ngabang saat ini dikelola oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Pemkab Landak sendiri sudah menetapkan Perda No.10 tahun 2007 tentang pendirian PDAM. Sehingga pengelolaan air minum untuk Kabupaten Landak sudah jelas payung hukumnya, hanya saja hingga sekarang belum optimal dalam memenuhi konsumen, alas an keterbatasan anggaran.

Pewarta: Kundori

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014