"Ketika kita bicara terkait air tidak ada batas negara. Untuk itu kita membutuhkan kolaborasi yang intens dengan mitra-mitra dari luar negeri," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Rabu.
Handoko mengungkapkan Indonesia saat ini menghadapi dua masalah ekstrem terkait air, yang acapkali mengganggu stabilitas sosial dan ekonomi.
Pertama, sumber daya air untuk kehidupan, dimana banyak warga belum mampu mengakses air bersih. Kedua, bencana hidrometeorologi yang disebabkan oleh kelebihan air seperti banjir.
"Semua itu melibatkan berbagai hal yang tidak hanya terkait air, tetapi juga tata kelola perkotaan, tata Kelola daerah aliran sungai, hingga perancangan perkotaan," kata Handoko.
Lebih lanjut dia menyampaikan sebagian besar teknologi yang sudah diteliti dan dimanfaatkan adalah untuk penanganan pencemaran air, terutama danau dan juga daerah aliran sungai.
Menurutnya, BRIN yang tergabung dalam Dewan Sumber Daya Air Nasional saat ini fokus untuk menjamin ketersediaan air bersih yang notabene bersumber dari danau dan sungai.
"Di lain sisi kami juga mengembangkan sistem pemantauan untuk memitigasi bencana hidrometeorologi yang biasanya terjadi di hilir sungai," ujar Handoko.
Dalam Forum Air Sedunia ke-10 yang diselenggarakan di Bali pada 18-25 Mei 2024, BRIN memamerkan beberapa produk inovasi mulai dari purwarupa tangga ikan atau fishway hingga peluncuran aplikasi pemantauan danau secara nasional.
Tangga ikan merupakan teknologi infrastruktur air sebagai inovasi dalam upaya merestorasi dan konservasi sumber daya ikan yang menurun akibat bangunan melintang sungai, seperti bendung maupun bendungan untuk pembangkit listrik, irigasi, hingga penyediaan air bersih.
Di negara-negara maju yang berada di Benua Eropa, Amerika, dan Australia, teknologi tangga ikan sudah diterapkan untuk merestorasi populasi ikan sungai. Sedangkan di Indonesia sudah ada empat bendung atau bendungan yang dilengkapi dengan fasilitas tangga ikan.