Sintang (Antara Kalbar) – Kabid Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang, Darmadi khawatir kasus demam berdarah dengue (DBD) di Sintang akan menjadi penyakit endemik. “Grafik-nya sudah tidak lagi naik tapi menunjukkan statis,†katanya.
Meski tidak lagi mengalami peningkatan yang mencolok, namun Darmadi mengkhawatirkan kasus DBD ini akan menjadi penyakit endemik yang setiap bulannya terdapat temuan kasus. “Meski tidak mengalami lonjakan kasus, tapi dikhawatirkan DBD menjadi endemik jika masyarakat tidak bergerak melakukan pembersihan sarang nyamuk,†ujarnya.
Dia mengatakan sampai hari kemarin, jumlah kasus DBD telah mencapai 140 kasus. Dikatakannya, jumlah kasus DBD yang meninggal dunia jika versi Dinas Kesehatan yaitu empat orang. Tapi jika versi RSUD Sintang mencapai delapan orang. Dia mengatakan perbedaan data jumlah kasus DBD yang meninggal dunia ini disebabkan karena ada empat kasus yang tidak di diagnosa dari awal namun setelah meninggal dunia dibilang DBD.
“Sementara empat kasus yang meninggal dunia itu memang dari awalnya telah di diagnosa dan positif DBD kemudian tidak tertolong. Kalau empat kasus lainnya yang tidak di diagnosa dari awal namun setelah meninggal dibilang DBD tidak kami masukan ke dalam data,†katanya.
Darmadi menyampaikan untuk terus menekan kasus DBD di Sintang, Dinas Kesehatan terus melaksanakan fogging, abatesasi dan pemberantasan sarang nyamuk di tempat-tempat yang ditemukan kasus. “Setiap dilaksanakan fogging, kami meminta petugas juga melakukan abatesasi dan pemberantasan sarang nyamuk,†ungkapnya.
Ia mengatakan Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang cukup kesulitan untuk mengajak masyarakat melakukan pemberantasan sarang nyamuk. “Gimana mau penyuluhan. Mengumpulkan masyarakat saja susahnya luar biasa. Kemungkinan kami hanya sosialisasi melalui ambulance keliling,†ujar dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014
Meski tidak lagi mengalami peningkatan yang mencolok, namun Darmadi mengkhawatirkan kasus DBD ini akan menjadi penyakit endemik yang setiap bulannya terdapat temuan kasus. “Meski tidak mengalami lonjakan kasus, tapi dikhawatirkan DBD menjadi endemik jika masyarakat tidak bergerak melakukan pembersihan sarang nyamuk,†ujarnya.
Dia mengatakan sampai hari kemarin, jumlah kasus DBD telah mencapai 140 kasus. Dikatakannya, jumlah kasus DBD yang meninggal dunia jika versi Dinas Kesehatan yaitu empat orang. Tapi jika versi RSUD Sintang mencapai delapan orang. Dia mengatakan perbedaan data jumlah kasus DBD yang meninggal dunia ini disebabkan karena ada empat kasus yang tidak di diagnosa dari awal namun setelah meninggal dunia dibilang DBD.
“Sementara empat kasus yang meninggal dunia itu memang dari awalnya telah di diagnosa dan positif DBD kemudian tidak tertolong. Kalau empat kasus lainnya yang tidak di diagnosa dari awal namun setelah meninggal dibilang DBD tidak kami masukan ke dalam data,†katanya.
Darmadi menyampaikan untuk terus menekan kasus DBD di Sintang, Dinas Kesehatan terus melaksanakan fogging, abatesasi dan pemberantasan sarang nyamuk di tempat-tempat yang ditemukan kasus. “Setiap dilaksanakan fogging, kami meminta petugas juga melakukan abatesasi dan pemberantasan sarang nyamuk,†ungkapnya.
Ia mengatakan Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang cukup kesulitan untuk mengajak masyarakat melakukan pemberantasan sarang nyamuk. “Gimana mau penyuluhan. Mengumpulkan masyarakat saja susahnya luar biasa. Kemungkinan kami hanya sosialisasi melalui ambulance keliling,†ujar dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014