Jakarta (Antara Kalbar) - PT Pertamina (Persero) mengembangkan pemanfaatan gas alam cair (LNG) untuk transportasi darat sebagai upaya percepatan program konversi BBM ke gas.
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya dalam siaran pers di Jakarta, Senin mengatakan, pihaknya mulai menguji coba penggunaan LNG untuk mobil tangki BBM di Terminal BBM Balikpapan, Kaltim.
"Pemakaian LNG untuk truk ini merupakan pertama kalinya," katanya saat uji coba.
Sebelumnya, Pertamina juga sudah menguji coba pemanfaatan LNG untuk kendaraan bus internal PT Badak NGL.
Uji coba untuk bus itu merupakan pertama kalinya di kawasan Asia Tenggara.
Menurut Hanung, pemakaian LNG untuk kendaraan merupakan upaya mempercepat konversi BBM ke gas.
"Indonesia sulit kalau tidak konversi ke gas. Impor BBM telah menguras devisa," katanya.
Saat ini, Indonesia masih mengimpor 70 persen kebutuhan nasional dan solar mencapai 30 persen.
Total impor kedua produk tersebut mencapai 13 juta kiloliter per tahun.
Kebutuhan impor tersebut bakal terus meningkat mengingat pertumbuhan pemakaian BBM mencapai 8-9 per tahun.
Hanung mengatakan, pemanfaatan LNG untuk mobil tangki BBM tersebut bakal menghemat cukup signifikan dibandingkan solar.
"Dari hasil uji coba dengan kombinasi 43 persen solar dan 57 persen LNG, dihasilkan efisiensi di atas 14 persen jika dibandingkan dengan penggunaan solar 100 persen," ujarnya.
Ia melanjutkan, terdapat sekitar 2.100 mobil tangki yang dikonversi ke LNG, sehingga menghasilkan penghematan Rp280 miliar per tahun.
"Penghematan bisa bertambah apabila komposisi LNG dalam solar diperbesar. Dalam waktu dekat, kami akan uji coba LNG 100 persen," katanya.
Hanung juga mengatakan, jika diasumsikan 500 ribu unit truk, bus, atau angkutan barang lainnya memakai LNG, maka akan signifikan menghemat BBM dan juga anggaran negara.
Harga solar nonsubsidi adalah Rp12.000 per liter, sedang harga eceran LNG di Jawa Rp8.000 per liter, maka terdapat selisih Rp4.000 per liter.
"Kalau dari ini saja bisa menyubstitusi 100 liter solar per hari per kendaraan, maka itu jumlah yang signifikan," tuturnya.
Namun, Hanung meminta dukungan pemerintah agar mengijinkan "skid tank" LNG bisa dibawa kapal kargo umum.
"Kalau itu diijinkan, maka kami siap membangun stasiun pengisian LNG untuk kendaraan di Jakarta pada pertengahan 2015, sehingga semua angkutan di Jabodetabek bisa segera dikonversi ke LNG," ucapnya.
Selanjutnya, pemanfaatan LNG bisa diperluas ke wilayah lainnya di Jawa.
"Diharapkan LNG ini bisa dimassalkan pada 2016-2017," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya dalam siaran pers di Jakarta, Senin mengatakan, pihaknya mulai menguji coba penggunaan LNG untuk mobil tangki BBM di Terminal BBM Balikpapan, Kaltim.
"Pemakaian LNG untuk truk ini merupakan pertama kalinya," katanya saat uji coba.
Sebelumnya, Pertamina juga sudah menguji coba pemanfaatan LNG untuk kendaraan bus internal PT Badak NGL.
Uji coba untuk bus itu merupakan pertama kalinya di kawasan Asia Tenggara.
Menurut Hanung, pemakaian LNG untuk kendaraan merupakan upaya mempercepat konversi BBM ke gas.
"Indonesia sulit kalau tidak konversi ke gas. Impor BBM telah menguras devisa," katanya.
Saat ini, Indonesia masih mengimpor 70 persen kebutuhan nasional dan solar mencapai 30 persen.
Total impor kedua produk tersebut mencapai 13 juta kiloliter per tahun.
Kebutuhan impor tersebut bakal terus meningkat mengingat pertumbuhan pemakaian BBM mencapai 8-9 per tahun.
Hanung mengatakan, pemanfaatan LNG untuk mobil tangki BBM tersebut bakal menghemat cukup signifikan dibandingkan solar.
"Dari hasil uji coba dengan kombinasi 43 persen solar dan 57 persen LNG, dihasilkan efisiensi di atas 14 persen jika dibandingkan dengan penggunaan solar 100 persen," ujarnya.
Ia melanjutkan, terdapat sekitar 2.100 mobil tangki yang dikonversi ke LNG, sehingga menghasilkan penghematan Rp280 miliar per tahun.
"Penghematan bisa bertambah apabila komposisi LNG dalam solar diperbesar. Dalam waktu dekat, kami akan uji coba LNG 100 persen," katanya.
Hanung juga mengatakan, jika diasumsikan 500 ribu unit truk, bus, atau angkutan barang lainnya memakai LNG, maka akan signifikan menghemat BBM dan juga anggaran negara.
Harga solar nonsubsidi adalah Rp12.000 per liter, sedang harga eceran LNG di Jawa Rp8.000 per liter, maka terdapat selisih Rp4.000 per liter.
"Kalau dari ini saja bisa menyubstitusi 100 liter solar per hari per kendaraan, maka itu jumlah yang signifikan," tuturnya.
Namun, Hanung meminta dukungan pemerintah agar mengijinkan "skid tank" LNG bisa dibawa kapal kargo umum.
"Kalau itu diijinkan, maka kami siap membangun stasiun pengisian LNG untuk kendaraan di Jakarta pada pertengahan 2015, sehingga semua angkutan di Jabodetabek bisa segera dikonversi ke LNG," ucapnya.
Selanjutnya, pemanfaatan LNG bisa diperluas ke wilayah lainnya di Jawa.
"Diharapkan LNG ini bisa dimassalkan pada 2016-2017," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014