Pontianak (Antara Kalbar) - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) berharap pemerintah konsisten dalam menerapkan kebijakan tentang energi nabati, guna mendongrak harga yang cenderung turun di pasar ekspor.

Ketua Umum Gapki Joefly J Bachroeny di Pontianak, Rabu mengatakan, Indonesia merupakan negara penghasil CPO terbesar di dunia. "Sektor itu masih menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia," kata dia.

Ia mengungkapkan, ketika neraca perdagangan mengalami defisit pada tahun 2012 dan tahun 2013 karena belanja minyak bumi dan gas yang hampir menyebabkan Indonesia terjebak dalam krisis moneter, kelapa sawit masih menjadi kontributor terbesar yang mengalami surplus.

Pada tahun 2012, subsektor pertanian mengalami surplus sebesar 36,5 miliar dolar AS, di mana dari industri sawit 24,5 miliar dolar AS.

Kemudian, pada tahun 2013, nilainya menurun menjadi 24,3 miliar dolar AS, dari industri sawit menyumbang 19,23 miliar dolar AS. "Sektor sawit membantu mengurangi defisit anggaran pemerintah yang nilainya mencapai 40 miliar dolar AS," ucapnya, menjelaskan.

Ia menambahkan, turunnya surplus perdagangan dari sektor tersebut karena melemahnya harga "crude palm oil" (CPO) di pasar dunia. Namun, untuk menaikkan harga komoditas itu, katanya, tentu tidak dapat dilakukan serta merta.

"Salah satunya, untuk mendongkrak harga dengan konsisten menerapkan kebijakan tentang energi nabati dari sawit, menggunakan biodiesel dan biofuel," ujar dia.

Ia menegaskan, industri sawit siap untuk mengolah biodiesel lebih banyak dibanding kapasitas saat ini sekitar tiga juta ton per tahun.

"Tentu kalau ada kepedulian lebih banyak terhadap biodiesel dan biofuel untuk kebutuhan dalam negeri pada tahun depan," tuturnya.

Pengusaha pun dapat mengoptimalkan kemampuan produksinya untuk memenuhi kebutuhan energi nabati tersebut.

Selain itu, tantangan lain di industri kelapa sawit adanya kebijakan pemerintah baik di pusat dan daerah yang memicu biaya tinggi.

Kemudian, kampanye negatif dari berbagai pihak seperti LSM baik di dalam maupun luar negeri. "Isunya mulai dri merusak lingkungan, melanggar HAM, serta merusak kehidupan satwa yang dilindungi," ucapnya.

Padahal, hal itu lebih disebabkan politik dagang yang melindungi komoditas asing dibanding sawit. "Dibanding yang lain, sawit paling efisien dan produktif," katanya.

Kelapa sawit mampu menghasilkan 4,27 ton minyak per hektare per tahun, sedangkan tanaman lain seperti kedelai 0,45 ton, bunga matahari 0,05 ton.

Secara keseluruhan, lahan kelapa sawit yang menghasilkan luasnya 14 juta hektare, kedelai 109,57 juta hektare, bunga matahari 25,45 juta hektare. Di Indonesia, luas lahan perkebunan kelapa sawit 10 juta hektare.

"Meski pembiayaannya tinggi, tapi sawit lebih murah dibanding kedelai dan bunga matahari," tutur Joefly.

***2*** (T.T011)

Pewarta:

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014