Depok (Antara Kalbar) - Kapolri Jenderal Sutarman memohon maaf kepada awak media yang menjadi korban bentrok dengan aparat kepolisian di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (13/11).

"Saya mohon maaf atas apa yang terjadi kemarin pada rekan-rekan media. Pemukulan terhadap wartawan itu salah," kata Sutarman di Depok, Jawa Barat, Jumat.

Ia menegaskan pihaknya akan menindak tegas oknum-oknum aparat yang menjadi pelaku dalam peristiwa tersebut. Kendati demikian, pihaknya belum menerima sejumlah daftar nama para pelaku.

"Nama-namanya belum sampai ke saya. Pasti nanti ketemu siapa orang-orangnya, kan kepala-kepala satuan yang ada di lapangan mengetahui siapa para petugas yang bersiaga," katanya.

Sutarman menyatakan pihaknya selalu mengingatkan jajarannya bahwa wartawan merupakan mitra kerja Polri, untuk itu harus dilindungi. Meski demikian, pihaknya mengakui untuk mengawasi ratusan ribu personel Polri bukan pekerjaan yang mudah.

"Setiap hari kita sudah ingatkan bahwa media itu teman kerja kita yang harus dilindungi. Tapi untuk mengawasi 420 ribu orang polisi itu tidak mudah juga," katanya.

Aksi kekerasan yang dilakukan pihak aparat keamanan menimpa jurnalis di antaranya Iqbal (Koran Tempo) , Ikrar (Celebes TV), Zulkarnain (TV One) dan Rifki (Celebes Online), ketika aksi demonstrasi mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM) yang menolak rencana kenaikan harga BBM pada Kamis (13/11) yang berujung bentrok dengan aparat kepolisian.

Aksi anarkis terjadi setelah Wakapolrestabes terkena busur dan pihak keamanan melakukan penyisiran dalam kampus UNM. Sejumlah wartawan foto dan televisi yang meliput kejadian itu, turut mendapatkan bogem mentah dan tendangan aparat. Bahkan beberapa jurnalis direbut kartu memorinya dari kamera.

(A064/M.M. Astro)

Pewarta: Anita Permata Dewi

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014