Sukadana (Antara Kalbar) - Sedikitnya 13 Kepala Keluarga warga transmigran UPT Rantau Panjang kini mengungsi di gedung PNPM Dusun Parit Timur, Desa Rantau Panjang, sejak Selasa (15/9) malam.
Pengungsi yang sebagian besar adalah ibu-ibu dan anak-anak tersebut pindah lantaran kabut asap seudah semakin tebal. Bahkan sempat dua ibu hamil sempat diungsikan lebih dahulu dari lokasi transmigran.
Kepala Desa Rantau Panjang Sarkandi mengatakan, pengungsi ini sebenarnya sudah dua malam keluar dari rumah mencari tempat yang aman. Pada malam pertama mereka sempat mengungsi di pemukiman penduduk dan aparat desa setempat, namun pada malam kedua mereka mengungsi ke gedung serbaguna PNPM.
"Malam ini sudah terkelompok para pengungsi disini, karena kemarin mereka masih tersebar," kata Sarkandi.
Sari 13 KK itu saat ini bisa dimungkinkan bertambah, karena ada pengungsi yang tidak tergabung di pengungsian gedung serbaguna PNPM dan memilih di tempat keluarga.
"Kita akan terus data pengungsi ini, apakah mereka sudah benar-benar keluar atau bahkan banyak yang masih didalam," imbuhnya.
Pengungsi yang sebagian besar ibu-ibu dan anak-anak ini saat ini sudah mulai ditangani oleh desa dan kecamatan semabari menunggu bantuan dari kabupaten. "Tong air bersih sudah kita siapkan, Insya Allah pagi ini didrop air bersih," katanya.
Sementara itu, Camat Simpang Hilir Max Novianto menjelaskan sebagian warga trans masih enggan mengungsi ke lokasi yang aman. Para laki-laki masih bertahan di rumah mereka untuk menjaga ternak, ladang dan rumah mereka dari ancaman kebakaran.
"Dua lokasi desa yang saat ini dilanda kebakaran lahan, dan keduanya sama-sama parah dan baru di trans Rantau Panjang yang sudah mengungsi," kata Max Novianto.
Ia menjelaskan, pihaknya saat ini telah melakukan upaya penjemputan dan penyisiran warga yang memungkinkan untuk dievakuasi dari lokasi trans ke gedung serba guna, "Beberapa kades sudah siap bantu armada dan tenaga membantu, baik pengungsi maupun pemadaman," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015
Pengungsi yang sebagian besar adalah ibu-ibu dan anak-anak tersebut pindah lantaran kabut asap seudah semakin tebal. Bahkan sempat dua ibu hamil sempat diungsikan lebih dahulu dari lokasi transmigran.
Kepala Desa Rantau Panjang Sarkandi mengatakan, pengungsi ini sebenarnya sudah dua malam keluar dari rumah mencari tempat yang aman. Pada malam pertama mereka sempat mengungsi di pemukiman penduduk dan aparat desa setempat, namun pada malam kedua mereka mengungsi ke gedung serbaguna PNPM.
"Malam ini sudah terkelompok para pengungsi disini, karena kemarin mereka masih tersebar," kata Sarkandi.
Sari 13 KK itu saat ini bisa dimungkinkan bertambah, karena ada pengungsi yang tidak tergabung di pengungsian gedung serbaguna PNPM dan memilih di tempat keluarga.
"Kita akan terus data pengungsi ini, apakah mereka sudah benar-benar keluar atau bahkan banyak yang masih didalam," imbuhnya.
Pengungsi yang sebagian besar ibu-ibu dan anak-anak ini saat ini sudah mulai ditangani oleh desa dan kecamatan semabari menunggu bantuan dari kabupaten. "Tong air bersih sudah kita siapkan, Insya Allah pagi ini didrop air bersih," katanya.
Sementara itu, Camat Simpang Hilir Max Novianto menjelaskan sebagian warga trans masih enggan mengungsi ke lokasi yang aman. Para laki-laki masih bertahan di rumah mereka untuk menjaga ternak, ladang dan rumah mereka dari ancaman kebakaran.
"Dua lokasi desa yang saat ini dilanda kebakaran lahan, dan keduanya sama-sama parah dan baru di trans Rantau Panjang yang sudah mengungsi," kata Max Novianto.
Ia menjelaskan, pihaknya saat ini telah melakukan upaya penjemputan dan penyisiran warga yang memungkinkan untuk dievakuasi dari lokasi trans ke gedung serba guna, "Beberapa kades sudah siap bantu armada dan tenaga membantu, baik pengungsi maupun pemadaman," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015