Ambon (Antara Kalbar) - Kabupaten Sintang, menampilkan produk unggulan tenun ikat di ajang Maluku Expo 3-7 Oktober 2015, di Ambon.

Tenun ikat beraneka ukuran, motif dan jenis pewarnaan dipajang di stan Kabupaten Sintang, serta aneka anyam-anyaman tas dan dompet cukup menarik perhatian pengunjung.

Kepala Bidang promosi dan kerja sama Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu satu Pintu, Pemkab Sintang, Sri Rosmawati, Senin menyatakan, tenun ikat sudah diakui Kalbar sebagai produk unggulan dan cukup dikenal di tingkat nasional dan dunia.

"Tenun ikat merupakan usaha bersama melalui pemberdayaan potensi lokal karena masyarakat yang menggerakkan potensi-potensi diri untuk mengenalkan ekonomi kreatif," katanya.

Ia mengatakan, kain tenun ikat Sintang dibuat dengan proses yang alami dan manual, mulai dari menanam kapas, memintal benang, mewarna benang, membuat motif, sampai jadi kain tenun.

Proses menenunnya juga tidak mudah, menggunakan alat tenun tradisional yang terbuat dari kayu dan bambu yang disebut gedokan. Waktu yang diperlukan untuk membuat selembar kain sekitar satu hingga enam bulan tergantung ukuran kain yang dihasilkan.

"Kain ini mempunyai nilai seni yang tinggi dan merupakan warisan kekayaan suku yang mendiami daerah ini yaitu suku Dayak Sintang," katanya.

Menurut dia, kain tenun Sintang saat ini masuk dalam pembinaan pemerintah melalui dinas Perindustrian untuk membuat diversifikasi produk, sehingga semakin banyak manfaat yang dapat dirasakan masyarakat untuk peningkatan ekonomi.

"Masyarakat yang menjalankan roda pembangunan guna peningkatan perekonomian, sementara pemerintah sebagai wadah yang mengayomi berusaha mendorong dan memfasilitasi hal-hal yang diperlukan masyarakat," katanya.

Dalam kegiatan Maluku Expo, pihaknya menampilkan kain tenun berbagai motif seperti pakis dan buaya. Motif tersebut semuanya ada cerita kepercayaan budaya Sintang.

Selain tenun juga ditampilkan produk anyaman tas dan dompet yang menggunakan pewarna alam dari akar tanaman, dan membutuhkan proses pengerjaan yang lama sehingga berdampak pada harga.

"Sedangkan anyaman yang menggunakan pewarna kimia harganya cenderung lebih murah dibandingkan pewarna alam, tetapi prinsipnya bahan baku yang digunakan merupakan kulit asli dan terjamin kualitas," katanya.

Sri menjelaskan, kunjungan dan daya beli masyarakat cukup lumayan terbukti hingga hari ke tiga pelaksanaan cukup banyak yang terjual.

"Kami juga kedatangan tamu artis Nadine Chandrawinata yang membeli tenun ikat, hal ini penting sebagai upaya untuk membantu promosi kerajinan dan potensi Sintang," ujarnya.

(KR-PNN/N005)

Pewarta: Penina Mayaut

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015