Singkawang (Antara Kalbar) - Dandim 1202/Singkawang, Letkol Inf Nico H Dipura bertindak sebagai inspektur upacara dalam peringatan Hari Sumpah Pemuda di halaman Kantor Wali Kota setempat.
"Peringatan Sumpah Pemuda ke-87 kali ini mengambil tema Revolusi Mental Untuk Kebangkitan Pemuda Menuju Aksi Satu Untuk Bumi. Tema ini, katanya, didasari atas keprihatinan yang mendalam terhadap dua hal," kata Nico di Singkawang, Rabu.
Pertama, lanjutnya, pada peringatan Hari Sumpah Pemuda tahun ini, kita disuguhi fenomena baru
tentang berubahnya pola realisasi kemasyarakatan kita akibat arus modernisasi dan kemajuan teknologi informasi.
"Pesatnya perkembangan teknologi informasi ibarat pisau bermata dua. "Satu sisi memberikan
jaminan kecepatan informasi sehingga memungkinkan para pemuda kita untuk peningkatan kapasitas pengetahuan dan skill," katanya.
Namun, pada sisi yang lain membawa dampak negatif. Informasi-informasi yang bersifat destruktif mulai dari pornografi, narkoba, pergaulan bebas, hingga radikalisme dan terorisme juga masuk dengan mudahnya tanpa
dapat dibendung dengan baik.
Lahir generasi baru yang memiliki pola pikir serba cepat,serba instan, lintas batas, cenderung individualistik dan pragmatik.
Hal itu dikarenakan, betapa sering, akhir-akhir ini kita disuguhkan kasus-kasus kekerasan dan pembunuhan yang melibatkan anak-anak muda kita. Setelah ditelusuri, kasus-kasus tersebut bermula dari interaksi di media sosial.
Media sosial telah menjelma menjadi tempat favorit berkumpulnya anak-anak muda lintas Negara, lintas budaya, lintas agama. Interaksi mereka di sosial media berjalan realtime 24 jam.
"Tidak mudah bagi orangtua, guru, lembaga pendidikan termasuk Negara untuk dapat mengontrolnya. Di sinilah gerakan Revolusi Mental yang digagas oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menemukan relevansinya, karena hanya dengan pembangunan karakter kita bisa kuat, tangguh dan kokoh menghadapi dampak negatif dari modernisasi dan globalisasi," harapnya.
Melalui gerakan Revolusi Mental, dia berharap para pemuda Indonesia memiliki kemandirian untuk mengambil keputusan-keputusan terbaik secara jernih sesuai dengan akal sehat mereka, tanpa harus tergantung dari kehadiran orang tua maupun Negara di sampingnya.
"Sudah bukan eranya lagi pemuda diawasi, dikekang, apalagi diintimidasi. Saatnya kita memberikan pendampingan, fasilitasi, dan motivasi kepada mereka untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki," katanya.
Keprihatinan kedua, adalah terkait fenomena pengelolaan Sumber Daya Alam kita yang belum sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan atau suistanability development.
Sebagai Negara tropis, Indonesia menjadi tumpuan dunia untuk menjaga keseimbangan iklim melalui pasokan oksigennya. "Namun, hari ini justru kita menjadi Negara yang menyumbang polusi terbesar di kawasan Asia Tenggara melalui kabut asap," katanya.
Kita sendiri sudah merasakan dampaknya cukup lama. Dampak kesehatan adalah yang paling nyata. Selanjutnya, dampak perekonomian akibat sistem transportasi yang tidak bisa berjalan dengan baik.
"Kita semua patut mengapresiasi dan meneladani langkah-langkah yang telah diambil oleh Presiden Republik Indonesia dalam menanggulangi musibah kabut asap. Beliau memimpin langsung penanggulangan bencana kabut asap sampai turun sendiri ke titik api di sejumlah wilayah, sungguh tindakan seorang pemimpin yang patut kita banggakan dan teladani," ujarnya. (KR-RDO/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015
"Peringatan Sumpah Pemuda ke-87 kali ini mengambil tema Revolusi Mental Untuk Kebangkitan Pemuda Menuju Aksi Satu Untuk Bumi. Tema ini, katanya, didasari atas keprihatinan yang mendalam terhadap dua hal," kata Nico di Singkawang, Rabu.
Pertama, lanjutnya, pada peringatan Hari Sumpah Pemuda tahun ini, kita disuguhi fenomena baru
tentang berubahnya pola realisasi kemasyarakatan kita akibat arus modernisasi dan kemajuan teknologi informasi.
"Pesatnya perkembangan teknologi informasi ibarat pisau bermata dua. "Satu sisi memberikan
jaminan kecepatan informasi sehingga memungkinkan para pemuda kita untuk peningkatan kapasitas pengetahuan dan skill," katanya.
Namun, pada sisi yang lain membawa dampak negatif. Informasi-informasi yang bersifat destruktif mulai dari pornografi, narkoba, pergaulan bebas, hingga radikalisme dan terorisme juga masuk dengan mudahnya tanpa
dapat dibendung dengan baik.
Lahir generasi baru yang memiliki pola pikir serba cepat,serba instan, lintas batas, cenderung individualistik dan pragmatik.
Hal itu dikarenakan, betapa sering, akhir-akhir ini kita disuguhkan kasus-kasus kekerasan dan pembunuhan yang melibatkan anak-anak muda kita. Setelah ditelusuri, kasus-kasus tersebut bermula dari interaksi di media sosial.
Media sosial telah menjelma menjadi tempat favorit berkumpulnya anak-anak muda lintas Negara, lintas budaya, lintas agama. Interaksi mereka di sosial media berjalan realtime 24 jam.
"Tidak mudah bagi orangtua, guru, lembaga pendidikan termasuk Negara untuk dapat mengontrolnya. Di sinilah gerakan Revolusi Mental yang digagas oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menemukan relevansinya, karena hanya dengan pembangunan karakter kita bisa kuat, tangguh dan kokoh menghadapi dampak negatif dari modernisasi dan globalisasi," harapnya.
Melalui gerakan Revolusi Mental, dia berharap para pemuda Indonesia memiliki kemandirian untuk mengambil keputusan-keputusan terbaik secara jernih sesuai dengan akal sehat mereka, tanpa harus tergantung dari kehadiran orang tua maupun Negara di sampingnya.
"Sudah bukan eranya lagi pemuda diawasi, dikekang, apalagi diintimidasi. Saatnya kita memberikan pendampingan, fasilitasi, dan motivasi kepada mereka untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki," katanya.
Keprihatinan kedua, adalah terkait fenomena pengelolaan Sumber Daya Alam kita yang belum sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan atau suistanability development.
Sebagai Negara tropis, Indonesia menjadi tumpuan dunia untuk menjaga keseimbangan iklim melalui pasokan oksigennya. "Namun, hari ini justru kita menjadi Negara yang menyumbang polusi terbesar di kawasan Asia Tenggara melalui kabut asap," katanya.
Kita sendiri sudah merasakan dampaknya cukup lama. Dampak kesehatan adalah yang paling nyata. Selanjutnya, dampak perekonomian akibat sistem transportasi yang tidak bisa berjalan dengan baik.
"Kita semua patut mengapresiasi dan meneladani langkah-langkah yang telah diambil oleh Presiden Republik Indonesia dalam menanggulangi musibah kabut asap. Beliau memimpin langsung penanggulangan bencana kabut asap sampai turun sendiri ke titik api di sejumlah wilayah, sungguh tindakan seorang pemimpin yang patut kita banggakan dan teladani," ujarnya. (KR-RDO/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015