Jakarta (Antara Kalbar) - Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman meminta petani dan industri pangan terkait untuk mengembangkan potensi beras organik Indonesia.
"Beras biasa harganya Rp8 ribu per kg tetapi yang jenis organik Rp30 ribu per kg, artinya 300 persen lebih tinggi dan untuk itu Pasar Eropa lebih terbuka dengan organik," kata Amran Sulaiman ketika menghadiri acara bertajuk 'Bulan Mutu Pertanian 2015' di Jakarta, Minggu.
Ia menjelaskan, dengan adanya potensi beras organik, kualitas ekspor sektor pertanian lebih terbuka dan berkualitas, apalagi bisa diberi harga yang lebih tinggi.
"Jika dihitung, beras organik berpotensi menghasilkan triliunan rupiah. Tentu saja, ini akan lebih menguntungkan petani," tuturnya.
Produksi beras Indonesia, rata-rata 45 juta ton tiap tahun, 1 juta atau 2 juta kenaikan, kalau harganya naik sampai Rp20 ribu, maka keuntungan Rp40 triliun yang akan dinikmati petani.
Dalam konteks yang sama, sebelumnya, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir juga meminta pihaknya mendorong pertanian organik hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) terbaru untuk mendukung kesejahteraan petani.
"Para petani akan sejahtera bila selalu menggunakan teknologi terbaru," ujarnya.
Terkait penelitian, menurut Nasir, hasil-hasil riset yang dilakukan harus dimanfaatkan masyarakat, tidak hanya inovasi pada produk untuk nilai tambah, tetapi juga untuk menambah kualitas masyarakat. Semua riset yang ada di Perguruan Tinggi akan terus didorong untuk selalu dikembangkan ke arah inovasi.
Sementara untuk anggaran, ia mengatakan, saat ini komposisi anggaran penelitian dan pengembangan dari negara masih besar dibandingkan pihak swasta. Sementara di luar negeri industri yang lebih banyak mendukung penganggaran riset.
Selain mendorong pengembangan pertanian organik, ia juga memberi masukan agar produk pertanian dikemas dengan baik dan menarik sehingga meningkatkan nilai jual.
Kemudian, Kementerian Pertanian juga akan memaksimalkan penggunaan pupuk organik sebagai komposisi utama dalam menyuburkan tanaman bagi petani-petani daerah di Indonesia yang telah banyak menggunakan pupuk anorganik.
"Pemakaian pupuk anorganik di berbagai daerah sering berlebihan, namun fungsi dari pupuk organik jarang dimaksimalkan, padahal kita punya banyak sampah organik di Indonesia," kata Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Sumarjo Gatot Irianto.
(A072/C. Hamdani)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015
"Beras biasa harganya Rp8 ribu per kg tetapi yang jenis organik Rp30 ribu per kg, artinya 300 persen lebih tinggi dan untuk itu Pasar Eropa lebih terbuka dengan organik," kata Amran Sulaiman ketika menghadiri acara bertajuk 'Bulan Mutu Pertanian 2015' di Jakarta, Minggu.
Ia menjelaskan, dengan adanya potensi beras organik, kualitas ekspor sektor pertanian lebih terbuka dan berkualitas, apalagi bisa diberi harga yang lebih tinggi.
"Jika dihitung, beras organik berpotensi menghasilkan triliunan rupiah. Tentu saja, ini akan lebih menguntungkan petani," tuturnya.
Produksi beras Indonesia, rata-rata 45 juta ton tiap tahun, 1 juta atau 2 juta kenaikan, kalau harganya naik sampai Rp20 ribu, maka keuntungan Rp40 triliun yang akan dinikmati petani.
Dalam konteks yang sama, sebelumnya, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir juga meminta pihaknya mendorong pertanian organik hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) terbaru untuk mendukung kesejahteraan petani.
"Para petani akan sejahtera bila selalu menggunakan teknologi terbaru," ujarnya.
Terkait penelitian, menurut Nasir, hasil-hasil riset yang dilakukan harus dimanfaatkan masyarakat, tidak hanya inovasi pada produk untuk nilai tambah, tetapi juga untuk menambah kualitas masyarakat. Semua riset yang ada di Perguruan Tinggi akan terus didorong untuk selalu dikembangkan ke arah inovasi.
Sementara untuk anggaran, ia mengatakan, saat ini komposisi anggaran penelitian dan pengembangan dari negara masih besar dibandingkan pihak swasta. Sementara di luar negeri industri yang lebih banyak mendukung penganggaran riset.
Selain mendorong pengembangan pertanian organik, ia juga memberi masukan agar produk pertanian dikemas dengan baik dan menarik sehingga meningkatkan nilai jual.
Kemudian, Kementerian Pertanian juga akan memaksimalkan penggunaan pupuk organik sebagai komposisi utama dalam menyuburkan tanaman bagi petani-petani daerah di Indonesia yang telah banyak menggunakan pupuk anorganik.
"Pemakaian pupuk anorganik di berbagai daerah sering berlebihan, namun fungsi dari pupuk organik jarang dimaksimalkan, padahal kita punya banyak sampah organik di Indonesia," kata Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Sumarjo Gatot Irianto.
(A072/C. Hamdani)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015