Tayan Hilir (Antara Kalbar) - Kisah pilu warga yang menderita, akibat kemiskinan sepertinya tak ada habisnya. Kali ini menimpa seorang pria renta dan seorang wanita paruh baya berada di Dusun Cingka, Desa Tanjung Bunut, Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau.
    Duda dan janda ini, diketahui tidak tinggal satu atap di dusun itu. Namun, keduanya sama-sama tidak mempunyai tempat tinggal yang layak dan bahkan seorang janda itu, harus menempati bangunan bekas mesin penggilingan padi.
   Si duda bernama Syaiful berusia 56 tahun dan janda tua itu bernama Anisah berusia 62 tahun. Syaiful menempati gubuk reot di kawasan RT 11, RW 01. Kemudian, Anisah menempati sebuah gubuk di kawasan RT 13, RW 01 di wilayah yang sama.
    Keduanya ini, sama-sama menempati gubuk reot, jika hujan susah mau mencari bagian dari bangunan tak layak huni itu, untuk tidur dan beristirahat. Untuk Syaiful saat ini sudah tidak bisa beraktivitas lagi, karena beberapa tahun belakangan menderita sakit.
   "Saya sakit sudah beberapa tahun ini, tak bisa lagi bekerja apa-apa," ujarnya terbatuk-batuk.
    Pria ini, sekarang kondisinya sangat kurus, setiap berbicara ia selalu terbatuk-batuk lantas nafasnya terlihat sesak. Dan seakan semakin memperlihatkan jejeran tulang rusuknya yang hanya dibalut kulit itu. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kakek renta itu menggantungkan uluran tangan dari tetangga dan warga setempat.
    Terkadang kakek ini, hanya merebus buah dan daun singkong yang diambil dari kebun milik tetangga sekitar untuk mengganjal perut mereka.
    Sementara, kondisi tak kalah mirisnya dialami Anisah, wanita paroh baya ini hanya menempati bekas bangunan mesin penggilingan padi milik Redi, yang merasa kasihan kepadanya. Sekarang ini, bangunan itu sudah mengalami rusak parah, mulai dari dinding hingga atap. Untuk atapnya, ada beberapa bagian hanya ditutupi karung bekas dan demikian dindingnya, sebagian menggunakan kulit kayu.
    "Begini lah kondisi rumah saya. Sudah ada sepuluh tahun begini, bangunan ini punya Redi, saya hanya numpang. Dulunya, bekas mesin penggilingan padi," ungkap Anisah ditemui di kediamannya, Minggu (21/2).
    Untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, Anisah bekerja menoreh (menyadap) karet milik orang lain, yang hasilnya hanya belasan ribu rupiah. Pendapatannya dari menoreh hanya bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pendapatan tersebut pun tak tentu nilainya, jika musim hujan, terpaksa harus mencari pekerjaan lain.
    "Saya noreh karet, hasilnya hanya belasan ribu saja. Itupun kalau hari tidak hujan dan kebun karet itu milik orang lain," jelas dia.  
   Kepala Desa Tanjung Bunut, Bison mengaku kedua warga itu, tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah, termasuk fasilitasi berobat gratis.  
   "Belum ada dapat fasilitas, terkecuali raskin. Itu memang kita alokasikan, kalau program pemerintah lainnya, belum dapat," ujarnya.
  Kepala Dusun Cingka, Mustafa berharap adanya perhatian pemerintah, terhadap kedua warganya tersebut, paling tidak mendapatkan bantuan pembangunan tempat tinggal yang layak. "Harapan kita, ada lah bantuan pemerintah, utamanya untuk tempat tinggal dulu lah," harapnya.

Pewarta: M Khusyairi

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016