Sambas (Antara Kalbar) - Petani jeruk di Sambas, Kalimantan Barat, mengeluhkan turunnya harga jeruk siam dalam beberapa waktu terakhir.
"Tanaman jeruk merupakan satu-satunya sumber penghasilan saya. Akan tetap sekarang harga jualnya agak turun dari sebelumnya," ujar satu di antara petani jeruk asal Desa Sungai Kelambu Tebas, M Ali saat dihubungi di Sambas, Jumat.
Dia mengatakan, saat ini untuk harga jeruk ukuran A dan B yang dibeli agen di kisaran Rp4.000 - Rp5.000. Dengan kondisi itu menurutnya tentu akan mengurangi pendapatan hasil panennya.
"Untuk biaya perawatan tentu biayanya tetap namun untuk harga jual selalu berubah-ubah sehingga ini membuat pendapatan kadang tidak menentu. Harapan kita antara biaya perawatan bisa ditutupi oleh harga jual atau lebih dari itu. Ini perlu perhatian Pemkab. Kita harapkan ada pasar baru agar harga stabil dan tinggi," tuturnya.
Ia menjelaskan saat ini sudah menanam jeruk untuk yang ketiga kalinya setelah dua kali sebelumnya jeruk yang ia tanam mati akibat terserang virus CVPD.
"Untuk sekarang umur tanaman jeruk baru mencapai 4 tahun. Sebelum ditanami jeruk kembali terlebih dahulu ditanami padi akan tetapi hasil dari padi tidak sama dengan hasil tanaman jeruk. Sehingga lahan yang ada kembali saya tanami jeruk," jelasnya.
Pilihan untuk menanam jeruk juga dilakukan oleh Usni warga desa Tebing Batu Kecamatan Sebawi, tanaman jeruk menurut Usni lebih menguntungkan dari tanaman yang lain seperti karet dan padi.
"Kami di sini menanam jeruk dan karet, akan tetapi harga karet saat ini sangat turun drastis. Walaupun harga jeruk turun dari sebelumnya namun merupakan sumber pendapatan kami yang utama," katanya.
Dikemukakan oleh Usni, tanaman jeruk masih dapat diandalkan dibandingkan dengan karet.
"Harga karet saat ini Rp6 ribu per kilogram. Satu hari jika menghasilkan 5 kilogram karet baru menghasilkan Rp30 ribu kilogram. Penghasilan seperti itu dinilai masih belum dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, itupun jika bisa mencapai 5 kilogram. Jika kurang dari lima kilogram pasti penghasilan tidak mencapai Rp30 ribu," terang Usni.
Terkait masalah harga jeruk yang turun naik dirinya tidak terlalu mempersoalkan yang penting ada yang membeli buah jeruknya.
"Tentang harga kami petani tentu berharap harga yang dibeli dari kami lebih tinggi," katanya.
Mengenai turunnya harga jeruk di Sambas menurut Lobang yang merupakan pemilik agen jeruk di Desa Tebing Batulantaran ditentukan oleh beberapa hal di antaranya karena buah jeruk di pasaran Pontianak dan Jakarta sedang penuh sehingga jeruk dari Sambas kurang mampu bersaing.
"Masalah lain juga terkadang kapal pengangkut jeruk ke Jakarta atau daerah lain tidak dapat berlayar akibat cuaca yang menyebabkan gelombang tinggi. Sehingga kapal tidak dapat berlayar," terang Lobang.
Lobang mengatakan harga jeruk yang ia beli saat ini Rp4.500. Ia mengatakan untuk harga lagi normal harga bisa mencapai Rp12 ribu per kilogram.
(KR-DDI/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016
"Tanaman jeruk merupakan satu-satunya sumber penghasilan saya. Akan tetap sekarang harga jualnya agak turun dari sebelumnya," ujar satu di antara petani jeruk asal Desa Sungai Kelambu Tebas, M Ali saat dihubungi di Sambas, Jumat.
Dia mengatakan, saat ini untuk harga jeruk ukuran A dan B yang dibeli agen di kisaran Rp4.000 - Rp5.000. Dengan kondisi itu menurutnya tentu akan mengurangi pendapatan hasil panennya.
"Untuk biaya perawatan tentu biayanya tetap namun untuk harga jual selalu berubah-ubah sehingga ini membuat pendapatan kadang tidak menentu. Harapan kita antara biaya perawatan bisa ditutupi oleh harga jual atau lebih dari itu. Ini perlu perhatian Pemkab. Kita harapkan ada pasar baru agar harga stabil dan tinggi," tuturnya.
Ia menjelaskan saat ini sudah menanam jeruk untuk yang ketiga kalinya setelah dua kali sebelumnya jeruk yang ia tanam mati akibat terserang virus CVPD.
"Untuk sekarang umur tanaman jeruk baru mencapai 4 tahun. Sebelum ditanami jeruk kembali terlebih dahulu ditanami padi akan tetapi hasil dari padi tidak sama dengan hasil tanaman jeruk. Sehingga lahan yang ada kembali saya tanami jeruk," jelasnya.
Pilihan untuk menanam jeruk juga dilakukan oleh Usni warga desa Tebing Batu Kecamatan Sebawi, tanaman jeruk menurut Usni lebih menguntungkan dari tanaman yang lain seperti karet dan padi.
"Kami di sini menanam jeruk dan karet, akan tetapi harga karet saat ini sangat turun drastis. Walaupun harga jeruk turun dari sebelumnya namun merupakan sumber pendapatan kami yang utama," katanya.
Dikemukakan oleh Usni, tanaman jeruk masih dapat diandalkan dibandingkan dengan karet.
"Harga karet saat ini Rp6 ribu per kilogram. Satu hari jika menghasilkan 5 kilogram karet baru menghasilkan Rp30 ribu kilogram. Penghasilan seperti itu dinilai masih belum dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, itupun jika bisa mencapai 5 kilogram. Jika kurang dari lima kilogram pasti penghasilan tidak mencapai Rp30 ribu," terang Usni.
Terkait masalah harga jeruk yang turun naik dirinya tidak terlalu mempersoalkan yang penting ada yang membeli buah jeruknya.
"Tentang harga kami petani tentu berharap harga yang dibeli dari kami lebih tinggi," katanya.
Mengenai turunnya harga jeruk di Sambas menurut Lobang yang merupakan pemilik agen jeruk di Desa Tebing Batulantaran ditentukan oleh beberapa hal di antaranya karena buah jeruk di pasaran Pontianak dan Jakarta sedang penuh sehingga jeruk dari Sambas kurang mampu bersaing.
"Masalah lain juga terkadang kapal pengangkut jeruk ke Jakarta atau daerah lain tidak dapat berlayar akibat cuaca yang menyebabkan gelombang tinggi. Sehingga kapal tidak dapat berlayar," terang Lobang.
Lobang mengatakan harga jeruk yang ia beli saat ini Rp4.500. Ia mengatakan untuk harga lagi normal harga bisa mencapai Rp12 ribu per kilogram.
(KR-DDI/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016