Sambas (Antara Kalbar) - Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kabupaten Sambas Wahidah mengatakan faktor masih rendahnya tingkat pendidikan dan ekonomi menjadi faktor utama masih tingginya penjualan manusia atau "trafficking" di Kabupaten Sambas.

"Rendah ekonomi, pendidikan dan keterampilan khususnya perempuan dan terbatasnya lapangan usaha menjadikan Sambas masih menjadi daerah kasus `trafficking`-nya yang terbilang tinggi," ujarnya saat dihubungi di Sambas, Rabu.

Wahidah menambahkan terjadi kejahatan "trafficking" juga karena letak Kabupaten Sambas yang berbatasan langsung dengan negara tetangga, sehingga akses untuk melakukan praktek dilarang tersebut mudah dengan berbagai modus.

"Tingginya permintaan tenaga kerja dan nilai tukar rupiah yang sangat tinggi sehingga bisnis trafficking menghasilkan uang besar bagi sindikat tersebut menjadi salah satu yang menyebabkan sulitnya memberantas praktek seperti itu," tuturnya.

Dikatakannya berdasarkan data BPPKB Kabupaten Sambas yang diperoleh dari Polres Sambas, Kejaksaan Negeri Sambas, Pengadilan Negeri Sambas, dan LBH pekka juga RSUD Sambas dan Pemangkat terdapat sejumlah titik di Sambas yang rawan traffiking.

"Diketahui daerah yang jadi kantong `trafficking` di kabupaten Sambas terdiri atas kecamatan Teluk Keramat, Sambas, Jawai, Pemagkat, Tebas, Tangaran, Sejangkung dan Kecamatan Sajad," kata dia.

Dengan kondisi yang ada agar semua bisa dibrantas ia mendorong pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk ditingkatkan.

Selain itu komitmen para pemangku kepentingan, katanya, harus dimaksimalkan.

(U.KR-DDI/J008)

Pewarta: Dedi

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016