Pontianak (Antara Kalbar) - Sekretaris Jenderal Kementerian Perdaganagn RI, Karyanto Suprih menegaskan pemerintah belum berencana melakukan impor sembako untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, terutama menghadapi Ramadhan dan lebaran mendatang.
"Terkait impor itu tentu kita menghitung dulu. Tetapi hitung-hitungan kita saat ini antara produksi dan konsumsi masih aman. Kalau ada di dalam negeri untuk apa impor," ujarnya, saat mengunjungi sejumlah pasar tradisional di Pontianak, Kamis.
Apalagi, tambah Karyanto, saat ini produksi dalam negeri masih sangat cukup memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurutnya, yang terpenting adalah menjaga stabilitas harga dan ketersedian stok.
"Soal stok dari kunjungan kerja kita di daerah dan laporan pemerintah daerah yang selalu terbaru disampaikan ke kita, semua masih aman. Dengan kondisi ini yang kita jaga dan perlu perhatian pemerintah daerah yakni harga stabil," kata Karyanto.
Ia meminta pemerintah daerah tidak melakukan pembiaran jika terjadi lonjakan harga saat Ramadhan dan lebaran.
"Jika ada persoalan harga tinggi kita dorong pemerintah daerah segera mencari solusi. Contoh ketika suatu daerah minus dan daerah lain barang tersebut surplus maka itu bisa digeser dengan kerja sama yang saling mengisi," kata Karyanto.
Ia mengemukakan khusus daging beku sapi dan lainnya, pemerintah melakukan impor dalam rangka memberikan alternatif harga kepada masyarakat dengan harga Rp80 ribu per kilogram.
"Saat ini sudah siap di Bulog 100 ribu ton kita impor dari India. Kita perkirakan dengan daging beku yang ada tersebut memenuhi hingga Agustus," kata Karyanto.
Terkait masyarakat Indonesia lebih suka memilih daging segar ketimbang beku, ia mengatakan itu hanya faktor kebiasaan saja. Padahal menurutnya secara kesehatan lebih higienis.
"Intinya hadirnya daging beku memberikan pilihan. Dengan harga terjangkau dengan rasa dan higienisitas baik. Itu bentuk hadirnya pemerintah," ujar Karyanto.
(U.KR-DDI/R018)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017
"Terkait impor itu tentu kita menghitung dulu. Tetapi hitung-hitungan kita saat ini antara produksi dan konsumsi masih aman. Kalau ada di dalam negeri untuk apa impor," ujarnya, saat mengunjungi sejumlah pasar tradisional di Pontianak, Kamis.
Apalagi, tambah Karyanto, saat ini produksi dalam negeri masih sangat cukup memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurutnya, yang terpenting adalah menjaga stabilitas harga dan ketersedian stok.
"Soal stok dari kunjungan kerja kita di daerah dan laporan pemerintah daerah yang selalu terbaru disampaikan ke kita, semua masih aman. Dengan kondisi ini yang kita jaga dan perlu perhatian pemerintah daerah yakni harga stabil," kata Karyanto.
Ia meminta pemerintah daerah tidak melakukan pembiaran jika terjadi lonjakan harga saat Ramadhan dan lebaran.
"Jika ada persoalan harga tinggi kita dorong pemerintah daerah segera mencari solusi. Contoh ketika suatu daerah minus dan daerah lain barang tersebut surplus maka itu bisa digeser dengan kerja sama yang saling mengisi," kata Karyanto.
Ia mengemukakan khusus daging beku sapi dan lainnya, pemerintah melakukan impor dalam rangka memberikan alternatif harga kepada masyarakat dengan harga Rp80 ribu per kilogram.
"Saat ini sudah siap di Bulog 100 ribu ton kita impor dari India. Kita perkirakan dengan daging beku yang ada tersebut memenuhi hingga Agustus," kata Karyanto.
Terkait masyarakat Indonesia lebih suka memilih daging segar ketimbang beku, ia mengatakan itu hanya faktor kebiasaan saja. Padahal menurutnya secara kesehatan lebih higienis.
"Intinya hadirnya daging beku memberikan pilihan. Dengan harga terjangkau dengan rasa dan higienisitas baik. Itu bentuk hadirnya pemerintah," ujar Karyanto.
(U.KR-DDI/R018)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017