Jakarta (Antara Kalbar) - Jagat media sosial sempat dihebohkan dengan tanda
pagar #BoikotIndosat setelah CEO Indosat Ooredoo Alexander Rusli
memberi tanggapan lewat Twitter tentang status seorang pegawainya.
Namun, hal itu tampaknya tidak membuat Alex berhenti bermedia sosial. "(Nge-tweet) enggak kapok," kata dia di sela buka puasa bersama di Jakarta, Senin malam.
"Tapi akan berhati-hati," sambung dia.
Pasalnya,melalui jejaring sosial Alex mengaku dapat mendengar langsung keluhan dari pelanggan, untuk kemudian segera diperbaiki.
"Twitter itu enggak bisa enggak ditanggapi, banyak orang komplain tentang jaringan di Twitter. Orang kantor bilang "Pak Alex coba stop nge-tweet," enggak bisa, itu salah satu (cara) dengarkan komplain orang. Mau dicuekin gitu pelanggan? Enggak bisa," ujar dia.
Kepada awak media dia juga menceritakan kronologis munculnya cuitan Alex menanggapi netizen yang meminta bos Indosat tersebut memproses pegawainya berinisial RMF di Facebook yang menulis status mengenai rezim di Indonesia.
"Awalnya ada satu staf di sini yang mengeluarkan statement yang cenderung anti pemerintah, saya tidak tahu orang yang mana. Terus ada orang yang bilang ini orang Indosat," ujar Alex.
"Sebelum tahu (orangnya), saya bilang kami enggak tolerir yang anti NKRI, begitu saja," lanjut dia.
Dia mengaku belum memeriksa data internal karena pada saat itu hari Sabtu, sehingga memutuskan untuk membuat statement yang bersifat umum. Setelah diperiksa, ternyata nama tersebut ada dalam daftar pegawai, namun sedikit berbeda dari nama akun Facebook-nya.
"Setelah itu, sudah tahu orangnya ada, sesuai peraturan pusat, orangnya panggil dikasih warning verbal," kata Alex.
Namun, kabar yang beredar setelah itu menyebutkan bahwa pegawai Indosat tersebut dipecat.
Alex menegaskan bahwa tidak ada pemberhentian kerja. Namun, dia tidak ingin mengklarifikasi masalah tersebut di media sosial, dan memilih untuk diam.
Pasca kejadian tersebut, Alex mengambil hikmah dengan lebih berhati-hati dalam bermedia sosial.
"Ada yang memberi nasihat 'dalam kondisi sekarang ini, jangan mengambil posisi terlalu memihak ke arah apa pun.' Nge-tweet harus hati-hati, harus selalu di tengah," ujar Alex.
"Enggak boleh statement yang keras yang bisa ditafsirkan kemana-mana," tambah dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017
Namun, hal itu tampaknya tidak membuat Alex berhenti bermedia sosial. "(Nge-tweet) enggak kapok," kata dia di sela buka puasa bersama di Jakarta, Senin malam.
"Tapi akan berhati-hati," sambung dia.
Pasalnya,melalui jejaring sosial Alex mengaku dapat mendengar langsung keluhan dari pelanggan, untuk kemudian segera diperbaiki.
"Twitter itu enggak bisa enggak ditanggapi, banyak orang komplain tentang jaringan di Twitter. Orang kantor bilang "Pak Alex coba stop nge-tweet," enggak bisa, itu salah satu (cara) dengarkan komplain orang. Mau dicuekin gitu pelanggan? Enggak bisa," ujar dia.
Kepada awak media dia juga menceritakan kronologis munculnya cuitan Alex menanggapi netizen yang meminta bos Indosat tersebut memproses pegawainya berinisial RMF di Facebook yang menulis status mengenai rezim di Indonesia.
"Awalnya ada satu staf di sini yang mengeluarkan statement yang cenderung anti pemerintah, saya tidak tahu orang yang mana. Terus ada orang yang bilang ini orang Indosat," ujar Alex.
"Sebelum tahu (orangnya), saya bilang kami enggak tolerir yang anti NKRI, begitu saja," lanjut dia.
Dia mengaku belum memeriksa data internal karena pada saat itu hari Sabtu, sehingga memutuskan untuk membuat statement yang bersifat umum. Setelah diperiksa, ternyata nama tersebut ada dalam daftar pegawai, namun sedikit berbeda dari nama akun Facebook-nya.
"Setelah itu, sudah tahu orangnya ada, sesuai peraturan pusat, orangnya panggil dikasih warning verbal," kata Alex.
Namun, kabar yang beredar setelah itu menyebutkan bahwa pegawai Indosat tersebut dipecat.
Alex menegaskan bahwa tidak ada pemberhentian kerja. Namun, dia tidak ingin mengklarifikasi masalah tersebut di media sosial, dan memilih untuk diam.
Pasca kejadian tersebut, Alex mengambil hikmah dengan lebih berhati-hati dalam bermedia sosial.
"Ada yang memberi nasihat 'dalam kondisi sekarang ini, jangan mengambil posisi terlalu memihak ke arah apa pun.' Nge-tweet harus hati-hati, harus selalu di tengah," ujar Alex.
"Enggak boleh statement yang keras yang bisa ditafsirkan kemana-mana," tambah dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017