Pontianak (Antara Kalbar) - Sebanyak 28 penampil bakal mengisi acara selama gelaran Rainforest World Music Festival 2017, 14 - 16 Juli mendatang di Kampung Budaya, Sarawak, Malaysia.
Berikut akan disampaikan secara singkat profil para penampil tersebut berdasarkan urutan abjad.
8. Didier Laloy + Kathy Adam (Belgium)
Kombinasi yang tak terduga dari Didier Laloy dalam akordion diatonik dan Kathy Adam di cello klasik, keduanya musisi yang luar biasa di alat musik masing-masing, menghasilkan alunan nada yang baru dan dipengaruhi tango, klasik dan tango. Musik mereka suatu padanan yang sulit diterjemahkan, namun menghentak untuk dinikmati.
9. Dom Flemons (Usa)
Dom Flemons adalah seorang pemenang Grammy Award asal Amerika Serikat. Ia juga seorang wakil pendiri Carolina Chocolate Drops. Ia dapat dengan mudah beralih alat musik dengan lembut, dan musiknya pun dipengaruhi beragam aliran yang menjadi jalannya sendiri.
10. Hanggai (China)
RWMF kali ini juga mendatangkan musisi dari China. Hanggai, dari padang rumput yang luas di Mongolia menuju Beijing, adalah band yang menggabungkan antara musik tradisional dan rock.
Majalah Rhapsody melukiskan Hanggai mampu membuat lompatan dari wujud kisah klasik di masyarakat bawah menuju puncak tanpa kehilangan rohnya. Dari Mongolia yang sangat luas, musik Hanggai akan membuat pendengarnya rindu akan daerah yang tak pernah sebelumnya dirasakan dan didatangi.
Pada 2009, Hanggai bermain untuk sejumlah festival internasional di berbagai belahan dunia. Termasuk Rosklide, Lowlands, Fuji Rock, the Chicago World Music Festival, Sziget, Wacken open air (Festival metal terbesar di Eropa), FMM festival, Sydney festival, Bonnarroo and Womad festivals in Abu Dhabi, UK, Gran Canarias, Australia and New Zealand.
Tur tersebut merambah di lima benua dan pada Juni 2013, Hanggai tampil di Afrika dan ini menambah daftar benua yang didatangi menjadi enam.
11. Huw Williams (Wales)
Huw Williams adalah jawara menari bakiak. Ia akan menampilkan bagaimana nada-nada dihasilkan dari hentakan kaki, yang diselingi humor. Banyak penulis lagu yang mendapat pelajaran dari chord-chord progresif Huw Williams. Termasuk lirik-liriknya yang menghibur. Namun, sentuhan ajaibnya adalah cara menutupinya dan "membujuk" publik untuk meneriakkan "lagi, lagi dan lagi".
12. Kelele (South Africa)
Dalam komunitas Afrika, sejarah, cerita, hikayat disampaikan dari generasi ke generasi secara bertutur. Kelele menggunakan suara-suara mereka sebagai instrumen utama, sekaligus menjaga tradisi itu tetap hidup.
Mereka memperkaya lagu-lagu dengan menggunakan instrumen tradisional seperti the mbira dzavha dzimu (piano tangan), the uhadi (instrumen tradisional dari masyarakat AbeXhosa), the umrhubhe dan drum dari masyarakat Yoruba Nigeria.
13. Okra Playground (Finland)
Okra Playground adalah elektro-folk string yang menggunakan instrumen kuno seperti kantele yang terkolaborasi dengan suara dan instrumen moderen.
Tiga vokalis wanitanya tak diragukan dengan ciri khas Skandinavia. Album mereka, Turmio, mendapat lima bintang dari majalah Songlines.
14. Pareaso (Korea)
Pareaso terdiri dari empat musisi muda asal Ulsan, Korea, yang memainkan daegeum, geomongo, saenghwang, janggu, gayageum serta vokal masing-masing. Musik mereka menggabungkan sisi spiritual yang tenang dengan ritmik.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017
Berikut akan disampaikan secara singkat profil para penampil tersebut berdasarkan urutan abjad.
8. Didier Laloy + Kathy Adam (Belgium)
Kombinasi yang tak terduga dari Didier Laloy dalam akordion diatonik dan Kathy Adam di cello klasik, keduanya musisi yang luar biasa di alat musik masing-masing, menghasilkan alunan nada yang baru dan dipengaruhi tango, klasik dan tango. Musik mereka suatu padanan yang sulit diterjemahkan, namun menghentak untuk dinikmati.
9. Dom Flemons (Usa)
Dom Flemons adalah seorang pemenang Grammy Award asal Amerika Serikat. Ia juga seorang wakil pendiri Carolina Chocolate Drops. Ia dapat dengan mudah beralih alat musik dengan lembut, dan musiknya pun dipengaruhi beragam aliran yang menjadi jalannya sendiri.
10. Hanggai (China)
RWMF kali ini juga mendatangkan musisi dari China. Hanggai, dari padang rumput yang luas di Mongolia menuju Beijing, adalah band yang menggabungkan antara musik tradisional dan rock.
Majalah Rhapsody melukiskan Hanggai mampu membuat lompatan dari wujud kisah klasik di masyarakat bawah menuju puncak tanpa kehilangan rohnya. Dari Mongolia yang sangat luas, musik Hanggai akan membuat pendengarnya rindu akan daerah yang tak pernah sebelumnya dirasakan dan didatangi.
Pada 2009, Hanggai bermain untuk sejumlah festival internasional di berbagai belahan dunia. Termasuk Rosklide, Lowlands, Fuji Rock, the Chicago World Music Festival, Sziget, Wacken open air (Festival metal terbesar di Eropa), FMM festival, Sydney festival, Bonnarroo and Womad festivals in Abu Dhabi, UK, Gran Canarias, Australia and New Zealand.
Tur tersebut merambah di lima benua dan pada Juni 2013, Hanggai tampil di Afrika dan ini menambah daftar benua yang didatangi menjadi enam.
11. Huw Williams (Wales)
Huw Williams adalah jawara menari bakiak. Ia akan menampilkan bagaimana nada-nada dihasilkan dari hentakan kaki, yang diselingi humor. Banyak penulis lagu yang mendapat pelajaran dari chord-chord progresif Huw Williams. Termasuk lirik-liriknya yang menghibur. Namun, sentuhan ajaibnya adalah cara menutupinya dan "membujuk" publik untuk meneriakkan "lagi, lagi dan lagi".
12. Kelele (South Africa)
Dalam komunitas Afrika, sejarah, cerita, hikayat disampaikan dari generasi ke generasi secara bertutur. Kelele menggunakan suara-suara mereka sebagai instrumen utama, sekaligus menjaga tradisi itu tetap hidup.
Mereka memperkaya lagu-lagu dengan menggunakan instrumen tradisional seperti the mbira dzavha dzimu (piano tangan), the uhadi (instrumen tradisional dari masyarakat AbeXhosa), the umrhubhe dan drum dari masyarakat Yoruba Nigeria.
13. Okra Playground (Finland)
Okra Playground adalah elektro-folk string yang menggunakan instrumen kuno seperti kantele yang terkolaborasi dengan suara dan instrumen moderen.
Tiga vokalis wanitanya tak diragukan dengan ciri khas Skandinavia. Album mereka, Turmio, mendapat lima bintang dari majalah Songlines.
14. Pareaso (Korea)
Pareaso terdiri dari empat musisi muda asal Ulsan, Korea, yang memainkan daegeum, geomongo, saenghwang, janggu, gayageum serta vokal masing-masing. Musik mereka menggabungkan sisi spiritual yang tenang dengan ritmik.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017