Pontianak (Antara Kalbar) - Ketua Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) Kalbar, Daniel Edward Tangkau mengatakan hubungan ritel dan UKM saat ini sudah menjadi perhatian pihaknya apalagi pemerintah sendiri sudah mengatur hal tersebut.

"Saat ini saja sudah ada aturan yang mewajibkan pasar modern untuk menyediakan tempat khusus bagi produk lokal. Dulu saat zaman krisis moneter ekonomi susah yang bertahan adalah ritel UMKM. Maka dari itu UMKM lokal ini perlu hidupkan," ujarnya di Pontianak, Senin.

Ia menjelaskan bahwa saat ini untuk usaha ritel kecil dan lokal di Kalbar terancam dengan ritel-ritel padat modal serta berjaringan luas.

"Di Kalbar ada pengusaha yang membuka usaha ritel besar, seperti Carefour, Hypermart bahkan yang baru dibangun Transmart. Namun di sisi lain kehadiran retail berskala besar ini tentu ada proteksi dari pemerintah kepada ritel kecil dan pedagang tradisional," kata dia.

Proteksinya saat ini dengan kebijakan yang mendorong adanya persaingan yang sehat antar pelaku usaha dan tidak mematikan usaha yang sudah ada utamanya pelaku tradisional.

"Sekarang sudah hadir grosir yang juga menjual dengan harga yang murah, persaingan ini harus sehat. Jangan sampai supermarket menjual harga yang jauh lebih murah, tentu pelaku kecil akan mati usahanya," sebutnya

Namun diakui Daniel, untuk ritel yang beskala moderen, ritel modern memang harus memiliki harga yang lebih tinggi dibanding pasar tradisional. Pasalnya ongkos untuk fasilitasnya lebih tinggi.

"Kalau supermarket biayanya tentu lebih besar sebab lebih ke pemeliharaan karena dari segi fasilitas tentu menggunakan AC, pegawai yang banyak sehingga membutuhkan biaya yang cukup besar. Beda dengan pedagang tradisional, dua karyawan saja sudah cukup," katanya.
 
(KR-DDI/N005)

Pewarta: Dedi

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017