Lhokseumawe (Antaranews Kalbar) - Teknologi tanam Hazton yang ditemukan di Kalimantan Barat oleh Hazairin dan Anton, terus dikembangkan di berbagai provinsi di Indonesia. Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Lhokseumawe, Provinsi Aceh, termasuk yang mendorong pengembangan padi dengan pola tanam hazton tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas komoditas tersebut.
Kepala KPw BI Lhokseumawe Yufrizal di Lhokseumawe, Rabu mengatakan, pola tanam hazton mampu menghasilkan gabah antara 13 hingga 16 ton per hektare, jauh lebih besar bila dibandingkan dengan pola tanam yang biasa dilakukan oleh petani selama ini yang hanya antara 4-5 ton hektare.
Sebutnya, untuk di Kabupaten Bireun, pihaknya membina kelompok Tani Kroeng Padee yang terletak di Desa Mon Jambee, Kecamatan Jeumpa.
Bahkan sebagai realisasi pembinaan kepada kelompok tani, Yufrizal menyatakan, pihaknya bersama dengan Wakil Bupati Bireun Muzakkar A Gani, bersama dengan pejabat terkait melakukan kunjungan dan memberikan bantuan teknis terkait pengendalian hama penyakit tanaman (HPT) kepada kelompok tani.
"Wakil Bupati Bireuen menyambut baik atas inisiasi yang dilakukan BI Lhokseumawe terhadap kelompok tani di wilayahnya dan berterimakasih atas sinergi yang dibangun dengan Pemkab Bireun untuk memajukan pertanian khususnya padi pola tanam hazton ini," jelas Yufrizal.
Sebutnya lagi, dalam kunjungan ke lokasi, turut dihadirkan penemu pola tanam padi hazton dari Kalimantan Barat, Anton Kamaruddin, yang memberikan bantuan teknis terkait pengendalian HPT kepada kelompok tani yang beranggotakan 47 petani dan luas lahan 15 hektare.
"Pada tahap awal semua kebutuhan petani mulai dari pembibitan, herbisida, pestisida dan kebutuhan pemupukan masih difasilitasi dalam pengembangan pola tanam hazton ini, ingin kita kembangkan di Aceh karena pola ini diyakinkan dapat menghasilkan gabah padi yang lebih banyak," imbuhnya.
Tambahnya lagi, selama ini beras di Aceh dominan menjadi komoditas yang menyumbang inflasi di Aceh, oleh karena itu apa bila pola tanam hazton sukses dan dapat direplikasikan ke seluruh petani padi yang ada di Aceh, maka diyakini selain memberi keuntungan kepada petani juga berdampak baik bagi inflasi Aceh.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
Kepala KPw BI Lhokseumawe Yufrizal di Lhokseumawe, Rabu mengatakan, pola tanam hazton mampu menghasilkan gabah antara 13 hingga 16 ton per hektare, jauh lebih besar bila dibandingkan dengan pola tanam yang biasa dilakukan oleh petani selama ini yang hanya antara 4-5 ton hektare.
Sebutnya, untuk di Kabupaten Bireun, pihaknya membina kelompok Tani Kroeng Padee yang terletak di Desa Mon Jambee, Kecamatan Jeumpa.
Bahkan sebagai realisasi pembinaan kepada kelompok tani, Yufrizal menyatakan, pihaknya bersama dengan Wakil Bupati Bireun Muzakkar A Gani, bersama dengan pejabat terkait melakukan kunjungan dan memberikan bantuan teknis terkait pengendalian hama penyakit tanaman (HPT) kepada kelompok tani.
"Wakil Bupati Bireuen menyambut baik atas inisiasi yang dilakukan BI Lhokseumawe terhadap kelompok tani di wilayahnya dan berterimakasih atas sinergi yang dibangun dengan Pemkab Bireun untuk memajukan pertanian khususnya padi pola tanam hazton ini," jelas Yufrizal.
Sebutnya lagi, dalam kunjungan ke lokasi, turut dihadirkan penemu pola tanam padi hazton dari Kalimantan Barat, Anton Kamaruddin, yang memberikan bantuan teknis terkait pengendalian HPT kepada kelompok tani yang beranggotakan 47 petani dan luas lahan 15 hektare.
"Pada tahap awal semua kebutuhan petani mulai dari pembibitan, herbisida, pestisida dan kebutuhan pemupukan masih difasilitasi dalam pengembangan pola tanam hazton ini, ingin kita kembangkan di Aceh karena pola ini diyakinkan dapat menghasilkan gabah padi yang lebih banyak," imbuhnya.
Tambahnya lagi, selama ini beras di Aceh dominan menjadi komoditas yang menyumbang inflasi di Aceh, oleh karena itu apa bila pola tanam hazton sukses dan dapat direplikasikan ke seluruh petani padi yang ada di Aceh, maka diyakini selain memberi keuntungan kepada petani juga berdampak baik bagi inflasi Aceh.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018